Perdarahan Antepartum
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau
lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan di atas 28
minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.
Perdarahan antepartum dikelompokkan sebagai berikut :
a. Perdarahan
yang ada hubungannya dengan kehamilan :
1) Plasenta
previa
2) Solutio
plasenta
3) Pecahnya
sinus marginalis
4) Pecahnya
vasa previa
b. Perdarahan
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan :
1) Pecahnya
varises vagina
2) Perdarahan
polipus servikalis
3) Perdarahan
perlukaan serviks
4) Perdarahan
karena keganasan serviks.
Frekuensi
perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan. Sedangkan
kejadian perdarahan antepartum di rumah sakit lebih tinggi karena menerima
rujukan.
Penangan
perdarahan antepartum memerlukan perhatian karena dapat saling mempengaruhi dan
merugikan janin dan ibunya. Setiap perdarahan antepartum yang dijumpai oleh
bidan, sebaiknya dirujuk ke rumah sakit atau ke tempat dengan fasilitas yang
memadai karena memerlukan tatalaksana khusus.
1. Plasenta
Previa
a. Definisi
Plasenta Previa
Plasenta
previa merupakan suatu bentuk kelainan letak pada plasenta, dimana plasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian
dari ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding
depan, dinding belakang rahim, atu di daerah fundus uteri.
Secara
teoritis plasenta previa dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :
1) Plasenta
previa totalis yaitu plasenta menutupi seluruh osteum uteri internum.
2) Plasenta
previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3) Plasenta
previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4) Plasenta
letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga tepi bawahnya barada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Derajat
plasenta previa sebagian besar akan bergantung pada pembukaan serviks saat
diperiksa. Sebagai contoh, plasenta letak rendah pada pembukaan 2 cm dapat
menjadi plasenta parsialis pada pembukaan 8 cm karena servik yang berdilatasi
mengakibatkan seolah-olah plasenta juga ikut berpindah atau bergeser.
Sebaliknya plasenta previa yang tampak total sebelum ada pembukaan akan menjadi
plasenta previa parsialis pada pembukaan 4 cm karena serviks berdilatasi di
luar tepi plasenta. Palpasi dengan jari untuk memastikan hubungan perubahan
antara tepi plasenta dan os interna sewaktu serviks membuka dapat memicu
terjadinya perdarahan hebat.
b. Etiologi
Plasenta Previa
Plasenta
previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang
baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi
desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada:
1) Multipara,
terutama jika jarak antara kehamilannya pendek sehingga endometrium bellum
sempat tumbuh.
2) Mioma
uteri yang mengakibatkan perubahan endometrium
3) Kuretase
yang berulang
4) Usia
lanjut hal ini disebabkan oleh tumbuh endometrium yang kurang subur.
5) Perubahan
inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat.
Keadaan
endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati
atau menutup ostium uteri internum.
Endometrium
yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang
lebih baik yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta
previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan luas, seperti pada
eritroblastosis, diabetes melitus, atau kehamilan multipel.
c. Gambaran
Klinis Plasenta Previa
Hal
yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak nyeri. Darah
yang keluar berwarna merah segar . perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyakdan
berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian. Perdarahan pada plasenta previa bersifat
berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding
rahim. Oleh karena itu regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks
berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan
menimbulkan perdarahan baru. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang
lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah plasenta baru
terjadi pada waktu mulai persalinan. Perdarahan bisa sedikit sampai banyak
mirip pada solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian perdarahan
bisa berlangsung sampai pasca persalinan.servik dan segemen bawah rahim pada
plasenta previa menjadi rapuh sehingga memperbanyak terjadinya perdarahan.
Bagian
terendah janin sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. Terdapat
kelainan lletak pada janin dimana letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada
palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.
d. Diagnosis
Plasenta Previa
Anamnesis
perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang, warna darah merah segar. Klinis
kelainan letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi
kepala.
Pemeriksaan
dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan billa dilakukan di kamar operasi
yang telah siap untuk melaukan opersai segera dan donor darah. Secara “double set-up” ini hanya dilakukan
apabila akan dilakukan terapi aktif yaitu apabila kehamilan akan diterminasi.
Diagnosis
plasenta previa dengan perdarahan sedikit diterapi dengan cara ekspektatif
ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan bantuan USG diagnosis plasenta
previa/letak rendah seringkali sudah dapat ditegakkan sejak dini sebelum
kehamilan trimester ketiga. Namun, dalam perkembangannya dapat terjadi migrasi
plasenta. Sebenarnya buka plasenta yang berpindah tetapi dengan semakin
berkembangnya segmen bawah rahim, plasenta yang berimplantasi pada tempat
tersebut akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.
e. Komplikasi
Ibu
hamil yang mengalami pllasenta previa dapat mengalami beberapa komplikasi, ada
yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal yang disebabkan
oleh :
1) Pembentukan
segmen rahim terjadi secara ritmik maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak serta perdarahan yang
terjadi tidak dapat dicegah sehingga penderita mengalami anemia bahkan syok.
2) Plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis
mengakibatkan jaringan trofoblast dengan mudah menginvasi menerobos ke dalam
miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi penyebab terjadinya
plasenta inkreta atau bahkan perkreta.
3) Serviks
dan segemen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak.
4) Kelainan
letak janin lebih sering terjadi.
5) Kelahiran
prematur dan gawat janin sering tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm. Pada kehamilan kurang dari 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk
mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat
pematangan paru janin untuk antisipasi.
f. Penatalaksanaan
Plasenta Previa
Plasenta
previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan
penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah :
1) Segera
melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk
mengurangi kesakitan dan kematian. Dengan seksio sesarea juga dimaksudkan untuk
mengosongkan rahim hingga dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan,
selain itu juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering
terjadi pada persalinan pervaginam. Seksio sesarea dilakukan pada plasenta
previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat.
2) Memecahkan
ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan
pertolongan lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan pada plasenta letak rendah,
plasenta previa marginalis, dan plasenta previa lateralis yang menutupi
sebagian dari ostium internum. Pada plasenta previa lateralis yang plasentanya
terletak di belakang lebih baik dilakukan seksio sesarea, karena pada pemecahan
ketuban kepala kurang menekan pada plasenta. Hal ini disebabkan kepala tertahan
di promontorium yang dilapisi oleh jaringan plasenta. Pemecahan ketuban dapat
menghentikan perdarahan karena :
a) Setelah
pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak menekan pada
plasenta.
b) Plasenta
tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding rahim
hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.
Jika
his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban dapat diberikan infus
pitosin. Jika perdarahan tetap ada dilakukan seksio sesarea.
3) Bidan
yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Dalam melakukan rujukan
penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan :
a) Pemasangan
infus untuk mengimbangi perdarahan
b) Sedapat
mungkin diantar oleh petugas
c) Dilengkapi
keterangan secukupnya
d) Dipersiapkan
donor darah untuk transfusi darah.
Beberapa bentuk
pertolongan lainnya pada plasenta previa, antara lain :
1) Versi
Braxton Hicks
Tujuan
dari braxton hicks ialah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan
untuk menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu.
Versi
braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati ataupun masih hidup.
Mengingat bahayanya yaitu robekan pada serviks dan pada segmen bawah rahim,
perasat ini tidak pernah dilakukan lagi pada rumah sakit yang besar. Akan
tetapi, jika pasien berdarah banyak, anak sudah meninggal dan kita mendapat
kesulitan dalam memperoleh darah atau kamar operasi maka cara braxton hicks
dapat dipertimbangkan.
2) Cunam
Willet Gauss
Tujuannya
adalah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan kepala. Dimana kulit kepala
janin dijepit dengan cunam willet gauss dan diberati dengan timbangan 500 gram.
Perasat ini sekarang tidak pernah dilakukan.
2. Solusio
Plasenta
a. Definisi
Solusio Plasenta
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal
pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya
menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat
menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.
Solusio
plasenta lebih berbahaya daripada plasenta previa bagi ibu hamil dan janinnya.
Pada perdarahan tersembunyi yang luas dimana perdarahan retroplasenta yang
banyak dapat mengurangi sirkulasi utero-plasenta dan menyebabkan hipoksia pada
janin. Selain itu, pembentukan hematoma retroplasenta yang luas bisa
menyebabkan koagulopati konsumsi yang fatal bagi ibu.
b. Klasifikasi
Solusio Plasenta
Solusio
plasenta ada bermacam, diantaranya plasenta dapat terlepas pada pinggirnya saja
(ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta
parsialis), atau bisa juga seluruh permukaan maternal plasenta terlepas
(solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan
merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya mengalir di bawah
selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar
melalui vagina. Namun dalam solusio plasenta ada kalanya darah tidak keluar
melalui vagina, jika :
1) Bagian
plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2) Selaput
ketuban masih melekat pada dinding rahim
3) Perdarahan
masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah karenanya.
4) Bagian
terbawah janin umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim.
Secara
kliniS
solusio plasenta dibagi berdasarkan berat ringannya gambaran klinis
dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan,
solusio plasenta sedang, dan solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan
biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang
tidak luas pada permukaan maternal atau ada ruptur sinus marginalis. Pembagian
secara klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif karena solusio
plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio plasenta yang
ringan bisa berkembang menjadi lebih berat dari waktu ke waktu. Keadaaan umum
penderita bisa menjadi buruk apabila perdarahannya cukup banyak pada kategori
concealed hemorrhage.
1) Solusio
plasenta ringan
a) Terlepasnya
plasenta kurang dari ¼ luasnya
b) Tidak
memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
c) Keadaan
umum ibu dan janinnya tidak mengalami gangguan
d) Persalinan
berjalan dengan lancar pervaginam.
2) Solusio
plasenta sedang
a) Terlepasnya
plasenta lebih dari ¼ bagian tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b) Dapat
menimbulkan gejala klinik seperti : perdarahan dengan rasa sakit, perut tersa
tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit teraba, auskultasi
jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.
c) Pada
pemeriksaan dalam ketuban menonjol
d) Dapat
terjadi ganguan pembekuan darah.
3) Solusio
plasenta berat
a) Lepasnya
plasenta lebih dari 2/3 bagian.
b) Terjadi
perdarahan disertai nyeri.
c) Penyulit
bagi ibu sperti :
(1) Terjadi
syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat.
(2) Dapat
terjadi gangguan pembekuan darah
(3) Pada
pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan
perdarahan dan penderita tampak anemis.
(4) Pemeriksaan
abdomen tegang, bagian jani sulit diraba, dinding perut terasa sakit, dan janin
telah meninggal dalam rahim.
(5) Pemeriksaan
dalam ketuban tegang dan menonjol
(6) Solusio
plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia
uteri.
c. Penyebab
solusio Plasenta
Solusio
plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena
penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.
Penyebab solusio
plasenta antara lain :
1) Trauma
langsung terhadap uterus hamil :
a) Terjatuh
terutam tertelungkup
b) Tendangan
anak yang sedang digendong
c) Atau
trauma langsung lainnya
2) Trauma
kebidanan artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan :
a) Setelah
versi luar
b) Setelah
memecahkan ketuban
c) Persalinan
anak kedua hamil kembar
3) Dapat
terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek
Faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil
pada usia tua
b) Mempunyai
tekanan darah tinggi
c) Bersamaan
dengan preeklamsia dan eklamsia
d) Tekanan
vena cava inferior yang tinggi
e) Kekurangan
asam folat
d. Gambaran
Klinis Solusio Plasenta
Gambaran
klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau
luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Gejala dan tanda klinis yang
klasiok dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang berwarna tua
keluar melalui vagina, rasa nyeri perut dan uterus tegang terus-menerus mirip
his partus prematurus.
1) Solusio
Plasenta Ringan
Pada
solusio plasenta ringan tidak ada gejala kecuali hematoma yang berukuran
beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Rasa nyeri pada
perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit, sehingga belum keluar
melalui vagina. Tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu ataupun janin masih
baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi
sedikit terasa nyeri lokal pada tempat terbentuk hematom dan perut sedikit
tegang tapi bagian-bagian janin masih bisa teraba.
2) Solusio
Plasenta Sedang
Gejala-gejala
dan tanda-tanda sudah sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus
menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin,
perdarahan tampak keluar lebih banyak, taki9kardia, hipotensi, kulit dingi dan
keringatan, oliguria mulai ada , kadar fibrinogen berkurang antara 150 sampai
250 mg/100 ml dan mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal
sudah mulai ada.
Rasa
nyeri dan tegang perut jelas sehingga bagian-bagia janin sulit teraba. Rasa
nyeri akut, perdarahan pervaginam berwana kehitaman, penderita pucat karena
mulai syok sehingga keringat dingin.keadaan janin biasanya sudah gawat.
3) Solusio
Plasenta Berat
Perut
sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai perdarahan yang
berwarna hitam. Sehingga palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi
dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi daripada seharusnya hal ini terjadi karena
penumpukan darah di dalam rahim. Jika dalam masa observasi tinggi fundus
betrtambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi rahim
kelihatan membulat dan kulit diatasnya kencang dan berkilat. Pada auskultasi
DJJ tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi plasenta. Keadaan
umum menjadi buruk disertai syok. Hipofibrinogemia atau rendahnya kadar
fibrinogen di dalam darah dan oliguria telah terjadi sebagai akibat komplikasi
pembekuan darah intravaskular yang luas dan gangguan fungsi ginjal. Kadar fibrinigen
darah rendah yaitu kurang kurang dari 150 mg% dan teoah ada trombositopenia.
e. Diagnosis
Solusio Plasenta
Diagnosis solusio
plasenta dapat ditegalkkan dengan melakukan :
1) Anamnesa
a) Terdapat
perdarahan disertai rasa nyeri
b) Terjadi
spontan atau karena trauma
c) Perut
terasa nyeri
d) Diikuti
penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
2) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan
fisik umum
(1) Keadaan
umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
(2) Tekanan
darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
(3) Penderita
tampak anemis
b) Pemeriksaan
khusus
(1) Palpasi
abdomen
(a) Perut
tegang terus menerus
(b) Terasa
nyeri saat palpasi
(c) Bagian
janin sukar ditentukan
(2) Auskultasi
(a) Denyut
jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat.
(3) Pemeriksaan
dalam
(a) Terdapatnya
pembukaan
(b) Ketuban
tegang dan menonjol
c) Pemeriksaan
penunjang denga USG, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
f. Komplikasi
Solusio Plasenta
Komplikasi-komplikasi
yang terjadi pada solusio plasenta, sebagai berikut :
1) Penyulit
komplikasi ibu
a) Perdarahan
yang dapat menimbulkan variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok,
perdarahan yang terjadi tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai
syok, dan kesadaran penderita dari baik sampai koma.
b) Gannguan
pembekuan darah disebabkan karena masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskular dan disertai hemolisis. Selain
itu juga terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu
pembekuan darah.
c) Oligouria,
hal ini terjadi karena terdapatnya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d) Perdarahan
postpartum. Pada solusio plasenta se3dang sampai berat terjadi infiltrasi darah
ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena
atonia uteri, dan kegagalan pembekuan darah dapat menambah beratnya perdarahan.
2) Penyulit
pada janin
Perdarahan
yang tertimbun dibelakan plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah
janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian di
dalam rahim. Kematian janin tergantung dari seberapa bagian plasenta telah
lepas dari implantasinya di fundus uteri.
g. Penatalaksanaan
Solusio Plasenta
Penanganan
solusio plasenta harus dilakukan rawat inap di rumah sakit yang memadai.ketika
masuk segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan
darah serta gambaran pembekuan darah. Jika diagnosis belum jelas dan janin
masih hidup tanpa tanda-tanda gawat janin observasi ketat dengan kesiagaan dan
fasilitas yang bisa segera diaktifkan untuk intervensi jika sewaktu-waktu
muncul kegawatan.
Persalinan
mungkin pervaginam atau juga mungkin perabdominal tergantung pada banyaknya
perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau belum, dan
tanda-tanda gawat janin. Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi
sesuai berat ringannya penyakit, usia ibu, serta keadaan ibu dan janinnya. Jika
janin masih hidup dan cukup bulan serta belum ada tanda-tanda persalinan
pervaginam maka dilakukan bedah caesar. Pada perdarahan yang cukup banyak
segera lakukan resusitasi dengan pemberian transfusi darah dan kristaloid yang
cukup diikuti persalinan yang cepat untuk mengendalikan perdarahan dan
menyelamatkan ibu dan janin. Bedah caesar dilakukan pada kasus yang berat atau
telah terjadi gawat janin.
Jika
janin telah mati dalam rahim maka lebih sering dipilih persalinan pervaginam
kecuali jika ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi darah
atau ada indikasi obstetrik untuk melakukan persalinan perabdominal. Pada
persalinan pervaginam diperlukan upaya stimulasi miometrium secara
farmakologikatau masase agar kontraksi miometrium baik. Hal ini untuk mencegah
terjadinya perdarahan sekalipun masih terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Pecahnya
Sinus Marginalis
Pecahnya
sinus marginalis merupakan perdarahan yang baru diketahui setelah persalinan.
Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa rasa sakit dan menjelang
pembukaan lengkap perlu dipikirkan adanya perdarahan karena sinus marginalis
yang pecah. Bahya dari pecahnya sinus marginalis tidak terlalu membahayakan
janin dan ibu.
4. Perdarahan
Karena Pecahnya Vasa Previa
Vasa
previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin berada di dalam selaput
ketuban dan melewati ostium uteri internum kemudian sampai ke dalam insersinya
pada tali pusat. Perdarahan terjadi bila selaput ketuban yang melewati
pembukaan serviks robek atau pecah dan vaskular janin pun ikut terputus.
Faktor
resiko antara lain pada plasenta bilobata, plasenta suksenturiata, plasenta
letak rendah, kehamilan pada vertilisasi in vitro, dan kemailan ganda terutama
triplet. Secara teknis keadaan ini dimungkinkan pada dua situasi yaitu pada
insersio velamentosa, dan plasenta suksenturiata. Pemeriksaan terbaik adalah
dengan elektroforesis. Bila diagnosis dapat ditegakkan sebelum persalinan maka tindakan
terpilih untuk menyelamatkan janin adalah dengan seksio sesarea.
5. Perdarahan
yang Tidak Ada Hubungannya Dengan Kehamilan.
Perdarahan
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan tidak akan membahyakan janin dalam
rahim. Tetapi lebih memberatkan ibu. Perdarahan yang terjadi dapat terjadi
sebelum hamil trimester ketiga.
Keadaan
umum penderita dan janin dalam rahim tidak terpengaruh banyak karena sifat
perdarahan sedikit, spotting atau internitten.
Untuk
dapat menegakkan asal perdarahan dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam dan melakukan pemeriksaan inspekulo.
Adapun perdarahan
tersebut antara lain disebabkan oleh :
a. Varises
yang pecah
b. Polipus
serviks atau endometrium
c. Perlukaan
serviks
d. Keganasan
pada serviks
e. Penangan
lebih lanjut bidan bisa melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar