HIPERTENSI
Pengertian
Hipertensi pada kehamlan
merupakan 5-5% penyulit kehamlan dan merupakan salh satu dari tiga penyebb
tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan
morbiditas hipertensi pada kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ni di
sebabkan selain oleh etologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan
masih ditangani oleh petugas non medic dan sistem rujukan yang belum sempurna.
Hipertensi pada kehamilan
dapat di alami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang
hioertensi pada kehamilan harus benar-benar dipahami oleh seua tenaga medic
baik di pusat maupun di daerah. Apabila dalam kehamilan di sertai dengan
proteinuria dan edema maka di sebut pre eklampsia yang tdak murni atau
superimposed pre eklampsia. Penyebab utama hipertensi pada kehamilan adalah
hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
Timbulnya hipertensi adalah
akibat vasospasme menyeluruh dengan ukura tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
selang 6 jam.
Di masa yang akan datang besar
kemungkinan AKI dan AKP, di sebabkan oleh HDK karena beberapa factor yang salah
satunya adalah masih banyak ibu khususnya di Negara berkembang yang tidak
melakukan ANC dengan baik sehingga penemuan dini HDK luput dari pengawasan.
Gambaran klinis tersebut dapat di jabarkan sebaga
berikut :
1.
Hipertensi
·
Kenaikkan
tekanan darah sistolik dan diastolic 30 mmHg atau 15 mgHg.
·
Tekanan darah
absolute 140/90 atau 160/110 yang di ambil selang 6 jam dalam keadaan
istirahat.
2.
Edema
·
Merupakan
timbunan cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak.
·
Perhitungan
kenaikan BB melebihi 1 kg/minggu di anggap patologs.
·
Edema di jumpai
di tibia, muka, atau tangan bahkan seuruh tubuh.
3.
Proteinuria
Proteinuria
menunjukkan komplikasi lanjut dari HDK, dengan kerusakan ginjal sehingga
beberapa bentuk protein lolos dalam urine. Normal terdapat sejumlah protein
dalam urine tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan
komplikasi HDK lanjut sehingga memerlukan perhatian yang serius.
4.
Kejang
Kejang
menunjukkan kelanjutan komplikasi menjadi eklampsia yang menyebabkan terjadi
AKI tinggi dan dapat di ikuti AKP yang tinggi pula. Kejang atau konvulsi
menunjukkan telah terjadi kemungkinan perdarahan nekrosis dan edema.
5.
Koma
Kelanjutan
kejang dapat di kuti koma sebagai manifestasi dari acut vascular accident (AVA)
yang menimbulkan perdarahan nekrosis sehingga terjadi koma.
Faktor
resiko terjadi hipertensi pada kehamilan
Terdapat banyak factor resiko untuk terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam factor resiko
sebagai berikut :
1.
Primigravida,
primipaternitas
2.
Hiperplasentosis,
misalnya : mola hidatidosa, kehamlan multiple, diabetes mellitus, hidrops
fetalis, bayi besar.
3.
Umur yang
ekstrim
4.
Riwayat keluarga
pernah preeclampsia/eklampsia
5.
Penyakit-penyakt
ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6.
Obesitas
Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamlan hingga kini belum
diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang di
anggap mutlak benar.
1.
Teori kelainan
vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat
aliran darah dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Ke dua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri
arkuarta memberi cabang arteria radialis.Pada hpertensi dalam kehamilan tidak
terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks sekitarnya.
2.
Teori iskemia
plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Salah satu oksidan penting yang di hasilkan plasenta
iskemia adala radikal hidroksil yang sangat toksis khususnya terhadap membrane
sel endotel pembuluh darah.
3.
Teori
intoleransi imunologik antara ib dan
janin
Dugaan bahwa factor imunologik berperan terhadap
terjadinya hpertensi dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut :
·
Primigravda
mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika di
bandingkan dengan multigravida.
·
Ibu multipara
yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih besar terjadinya hpertensi
dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
·
Seks oral
mempunyai resiko lebh rendah terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Lamanya
periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah makin lama perode ini, makin
kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
4.
Teori adaptasi
kardiovvaskular
Pada haml normal pembuluh darah refraktter tehadap
bahan-bahan vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap
rangsangan bahan vasopresor atau di butuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi
untuk menimbulkan respon vasokonstriksi.
5.
Teori genetic
Ada factor kketurunan dan famly dengan model gen
tunggal. Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan
genotp janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeclampsia, 26%
anak perempuannya akan mengalami preeclampsia pula, sedangkan hanya 8% anak
menantu mengalami preeclampsia.
6.
Teori defisiensi
gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan
defisiensi gizi berperan dalam terjadnya hipertensi dalam kehamilan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang di beri suplemen kalsium cukup,
kasus yang mengalami preeclampsia adalah 14% sedang yang diberi glukosa 17%.
HIPERTENSI
KRONIK
Definisi
Hipertensi kronik dalam kehamilan ialah hipertensi
yang di dapatkan sebelum timbulnya kehamilan. Appabila tidak diketahui adanya
hipertensi sebelum kehamilan maka hipertensi kronik di definisikan bila
didapatkan tekanan darah sistolik 140 mmHg atautekanan darah diastolic lebih
dari 90 mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu.
Diagnosis
hipertensi kronik pada kehamilan
Diagnosis hipertensi kronik ialah bila didapatkan
hipertensi yang telah timbul sebelum kehamilan atau timbul hipertensi lebih
dari 20 minggu umur kehamilan.
Ciri-ciri hipertensi kronik :
·
Umur ibu
relative tua di atas 35 tahun
·
Tekanan darah
sangat tinggi
·
Umumnya
multipara
·
Umumnya
ditemukan kelainan jantung, ginjal dan diabetes mellitus
·
Obesitas
·
Penggunaan
obat-obat anti hipertensi sebelum kehamlan
·
Hipertensi yang
menetap pasca persalinan
Dampak hipertensi kronik pada kehamilan
·
Dampak pada ibu
Bila perempuan hamla mendapat monoterapi untuk
hipertensinya, dan hipertensi dapat terkendali maka hipertensi kronik tidak
berpengaruh buruk pada kehamilan, meski tetap mempunyai resko terjadinya solute
plasenta ataupun superimposed preeclampsia.
Hipertensi kronik yang di
perberat oleh kehamilan akan member tanda (a) kenaikkan mendadak tekanan darah,
yang akhirnya disusul proteinuria dan (b) tekanan darah sistolik lebih dari 200
mmHg diastolic lebih dari 130 mmHg dengan akibat segera terjadi oliguria dan
gangguan ginjal.Penyulit hioertensi kronik pada kehamlan ialah solute plasenta.
Resiko terjadinya solution plasenta 2-3 kali pada hipertensi kronik dan
superimposed preeclampsia.
·
Dampak pada
janin
Dampak hipertensi kronik
pada jann ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth restriction.
Insidens fetal growth restriction berbanding langsung dengan derajat hipertensi
yang disebabkan menurunnya perfusi uteroplasenta, sehingga menimbulkan
insifisiensi plasenta. Dampak lain pada janin ialah peningkatan persalinan
preterm.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar,M.Dikman,Prof.dr.,Hipertensi
Dalam Kehamilan ( EHP Gestosis ) , Laboratorium
Obgin F.K.UNAIR, Surabaya : 1995.
Prawirohardjo,
Sarwono. Hipertensi Dalam Kehamilan ,Ilmu Kebidanan, Edisi keempat , Jakarta :
2010.
Gede
Manuaba,Ide Bagus,prof,dr,SpoG.Ilmu kebidanan,penyakit kandungan , dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan.Jakarta : 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar