TUGAS BIOKIMIA
MAKALAH PREEKLAMSI
Dosen pengampu : Nonik Ayu Wantini,SST
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dari
fenomena-fenomena yang sering terjadi di kehidupan bermasyarakat, masih banyak
sekali masyarakat atau ibu hamil yang tidak mengetahui tentang tanda bahaya
kahamilan yang sering dialami oleh ibu hamil tersebut. Salah satu contohnya
adalah preeklamsi. Preeklamsi merupakan suatu kondisi yang khusus dalam
kehamilan, dan ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah dan
proteinuria. Preeklamsi ini selalu berhubungan dengan eklamsi, hal ini
dikarenakan eklamsi merupakan kondisi lanjutan dari preeklamsi. Preeklamsi juga
dapat berhubungan dengan adanya kegagalan organ ganda dari ibu.
Dalam
fakta kehidupan, hampir semua bidan dalam menjalankan tugasnya selama didalam
kehidupan profesionalnya, pasti seorang bidan akan menemui kasus ibu dengan
preeklamsi, baik preeklamsi berat maupun preeklamsi ringan. Maka dari itu, kita
sebagai seorang bidan harus mengetahui tentang preeklamsi, baik devinisi, tanda
dan gejala, pencegahan dari preeklamsi itu sendiri,cara penanganan dan
sebagainya.
Disini, kami sebagai penulis makalah ini akan
membahas
tentang preeklamsi, tenda gejala, fakrot resiko, dan sebagainya yang masih
dalam ruang lingkup preeklamsi tersebut, yang dimana hal tersebut digunakan
untuk suatu metode pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
I.2 Tujuan Penulisan
Tujan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
Agar mahasiswa mengetahui tentang preeklamsi
Agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang
preeklamsi
Agar mahasiswa dapat menerapkan penanganan atau
pertolongan pertama pada ibu dengan preeklamsi.
I.3 Metode Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini adalah dengan
pengginaan metode study pustaka, karena
metode ini lebih memudahkan penulis dalam proses penyusunan makalah ini
BAB II
ISI
II.1
Definisi dan Tanda Gejala Preeklamsi
Preeklamsi
merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kehamilan didunia. Kematian
pada umumnya terjadi akibat keterlambatan penanganan serta ketidaktahuan
tentang pereeklamsia. Preeklamsia atau keracunan kehamilan sering juga di sebut
toksemia. Preeklamsi merupakan suatu
kondisi yang dapat dialami oleh setiap wanita hamil tapi tidak terjadi pada
wanita yang tidak hamil. Preeklamsi juga merupakan penyulit kehamilan yang akut
dan dapat terjadi ante, intra, dan post
partum. Preeklamsi dapat berhubungan dengan kejang (eklamsi) dan gagal organ
ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan
dan abrupsio plasenta. Preeklamsi dibedakan menjadi 2 yaitu, preeklamsi ringan
dan preeklamsi berat. Preeklamsi ringan adalah suatu syndron spesifik kehamilan
dengan menurunnnya perfusi organ yang akan mengakibatkan terjadinya vasospasme
pembuluh darah dan aktivitas endotel. Preeklamsi berta adalah preeklamsi dengan
tekanan darah sistolik lebih besar dan sama dengan 160mmHg dan diastoliknya
lebih besar dan sama dengan 110 mmHg yang disertai dengan adanya proteinuria
(> 5g/24 jam ).
Penyakit
ini biasanya ditandai dengan tanda-tanda sebagai berikut:
Adanya peningkatan tekanan darah yang diikuti
dengan adanya peningkatan kadar protein didalam urine.
Nyeri kepala dan adanya gangguan
penglihatan (pandangan kabur).
Nyeri epigastrik
Pada wanita hamil akan mengalami
pembengkakan pada kaki dan tangan.
Preklamsia umumnya muncul pada umur
kehamilan 37minggu, tetapi dapat timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. meskipun pada beberapa kasus ada yang di
temukan pada awal masa kehamilan.
Terjadi penurunan volume plasma antara
30%-40% yang disebut hipovolemia.
Terjadi penurunan fungsi ginjal.
II.2.
Etiologi Preeklamsi
Etiologi
penyakit ini sampai saat ini belum di ketahui dengan pasti. Banyak teori –
teori yang di kemukakan para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Namun
belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sampai sekarang
ini masih dipakai sebagai penyebab
preeklamsia adalah teori iskemia plasenta (kurangnya sirkulasi O2 ke
plasenta). Namun teori ini belum menerangkan semua hal yang berkaitan dengan
penyakit tersebut. ternyata tidak hanya satu faktor yang menyebabkan preeklamsia.
Diantara faktor – faktor yang telah masih belum dapat dibedakan antara penyeebab
dan akibat yang ditimbulkan.
II.3. Patofisiologi Preeklamsi
Preeklamsi
berhubungan dengan implantasi abnormal plasenta dan invasi dangkal
tromboblastik yang mengakibatkan berkurangnya perfusi plasenta. Arteri uterina
mengalami kegagalan vasodilatasi fisiologis, aliran darah mengalami hambatan
akibat perubahan aterotik yang menyebabkan obstrukisi didalam pembuluh darah.
Patologi
peningkatan tahanan dalam sirkulasi utero-plasenta dengan gangguan aliran darah
intervilosa, yang mengakibatkan iskemia dan hipoksia yang bermanifestasi selama
paruh kedua kehamilan. Patofisiologi yang sering mendasari preeklamsi
diantaranya:
1. Pada
preeklamsia, terjadi spasme pembuluh darah di sertai dengan retensi garam dan
air.
2. Pada
biopsi ginjal, di temukan spasme hebat arteriola glomerolus.
3. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya , sehingga hanya dapat di
lalui oleh satu sel darah merah. Dengan demikian, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, tekanan darah akan naik, dalam usaha mengatasi kenaikan tekanan perifer
agar oksigenasi jaringan dapat di cukupi.
4. Kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruang interstitial, belum di ketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam.
5. Proteinuria
dapat di sebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
6. Pada
preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin
yang tinggi dari kehamilan normal.
II.4 Faktor Resiko Preeklamsi
Faktor resiko
yang berhubungan dengan preeklamsi adalah diaantaranya:
Ada hubungan genetik yang telah
ditegakkan (riwayat dari ibu atau keluarga perempuan meningkatkan resiko empat
sampai delapan kali).
Ada bukti pengaruh paternal. Ibu
berisiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi
ayah dari suatu kehamilan dengan penyakit ini.
Preeklamsi sepuluh kali lebih sering
terjadi pada primigravida
Kehamilan ganda (kembar) memiliki resiko
lebih dari dua kali lipat
Pasangan (suami) baru dapat mengembalikan
resiko ibu sama seperti primigravida.
Obesitas meningkatkan resiko empat kali
lipat.
Kondisi maternal yang meningkatkan
resiko seperti hipertensi, penyakit ginjal, diabetes, preeklamsi sebelumnya,
dan kecendrungan trombotik yang mendasari, terutama sindroma antifosfolipid.
II.5 Penegakan Diagnosa Preeklamsi
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa preklamsia dibedakan menjadi 2, yaitu Preeklamsia ringan dan
preeklamsia berat.
a. Preeklamsia
ringan, bila di sertai dengan keadaan sebagai berikut :
Tekanan darah 140 atau kenaikan 30mmHg
dengan interval pelaksanaan 6 jam.
Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan
15mmHg dengan interval pelaksanaan 6 jam.
Kenaikan berat badan 1kg atau lebih
dalam seminggu
Proteinuiera kuantitatif 0,3 gr atau ≥ 1+.
Terdapat edema setelah kehamilan 20
minggu (edema pada muka, tangan dan generalisata.
b. Preeklamsia
berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
Tekanan darah 160/110 mmhg atau lebih
Oligouria, Urin kurang dari 500 cc / 24
jam
Proteinurenia lebih dari 3gr /liter (≥ 2+)
Adanya gangguan selebral, gangguan
virus, rasa nyeri di kepala, Gangguan penglihatan, penurunan kesadaran.
Terdapat edema paru dan sianosis
Aspartate transaminase lebih dari
50IU/l.
Trombosit dibawah 100 (x 109
perliter)
Kenaikan kadar kreatin plasma
Nyeri epigastrium atau nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson).
Hemolisis mikroangiopatik
Pertimbuhan janin intrauterin yang
terhambat
II.6 Pencegahan Preeklamsi
Pencegahan
preeklamsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsi pada perempuan
hamil yang mempunyai resiko terjadinya preeklamsi. Pencegahan preeklamsi dapat
di lakukan secara nonmedical ataupun medical.
a) Pencegahan
dengan non medical
Pencegahan
nonmedical ialah pencegahan dengan tidak menggunakan atau tidak memberikan
obat. Cara yang paling sederhana adalah melakukan tirah baring. Di Indonesia
tirah baring masih dilakukan dan masih diperlukan pada mereka yang mempunyai resiko
tinggi terjadinya preeklamsi meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah
terjadinya preeklamsi dan mencegah persalinan preterm. Restriksi garam tidak
dapat mencegah terjadinya preeklamsi. Pencegahannya yaitu dengan cara diet dan dengan penambahan
suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh,
misalnya pmega 3, kaya dengan antioksidan, misalnya vitamin c, vitamin e, β-karotin,
kaya dengan elemen berat logam seperti zinc, magnesium, dan kalsium. Diusahakan
kehamilan pertama antara usia 20-35 tahun, hindari kehamilan pertama pada usia
di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
b) Pencegahan
Dengan Medical
Pencegahan
dengan medical adalah pencegahan dengan menggunakan atau pemberian obat
meskipun belum ada buukti yang kuat tentang adanya preeklamsi. Permberian
diuretik tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsi bahkan memperberat
hipovolemia. Antihippertensi juga tidak terbukti dapat mencegah preeklamsi.
Pencegahannya
dapat dilakukan dengan pmberian obat yang mengandung 1500-2000mg/ hari dapat
dipakai sebagai suplemen pada resiko tinggi terjadinya preeklamsi. Selain itu,
dapat pula diberikan zinc 200mg/hari, magnesium 365mg/hari, aspirin dengan
dosis rendah ± 100mg/hari atau dipiridamole. Selain itu, dapa juda diberikan obat
obat antioksidan seperti vitamin c, vitamin e, β-carotin, dan asam lipoik.
II.7 Penanganan Preeklamsi
1) Preeklamsi
ringan
Jika
kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan penilaian
2 kali seminggu secara rawat jalan :
a. Pantau
tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
b. Lebih
banyak istirahat.
c. Diet
biasa.
d. Tidak
perlu diberi obat-obatan.
e. Jika
rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
Diet biasa, Pantau tekanan darah
2kali sehari, proteinuria 1kali sehari, Tidak perlu obat-obatan, Tidak perlu
diuretik kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal
ginjal akut, Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan:
Nasehati klien untuk istirahat dan
perhatikan tanda-tanda preeklamsia berat.
Kontrol 2kali seminggu
Jika tekanan distolik naik lagi maka
pasien dirawat kembali.
f. Jika
tidak ada tanda-tanda perbaikan pasien tetap dirawat.
g. Jika
terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terlambat pertimbangkan terminasi
kehamilan.
h. Jika
proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklamsia berat.
Jika
kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi:
a. Jika
servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV
10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
b. Jika
servik belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley,
atau terminasi dengan seksio sesarea.
2) Preeklamsi
Berat
Penanganan
preeklamsia berat dan eklamsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung
dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
a. Penanganan
Kejang
Kejang dapat ditangani dengan
cara memberikan obat antikonvulsan, pemberian oksigen jika dibutuhkan,
posisikan klien dengan posisi trendelenbrug, lindungi pasien dari kemungkinana
terauma
b. Penanganan
Umum
·
Jika tekanan diastolik >110 mmHg ,
brikan anti hipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-100mmHg
·
Pasang infus ringer laktat dengan jarum
besar ( 16 gauge atau>)
·
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai
terjadi overload
·
Kateterisasi urin untuk pengeluaran
volume dan protein uria
·
Jika jumlah urin < 30 ml /jam:
Infus cairan di pertahankan 1 1/8 jam
Pantau kemungkinan edema paru
·
Jangan tinggalkan pasien
sendirian.kejang di sertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
·
Observasi tanda tanda vital, refleks,
dan denyut jantung janin setiap jam
·
Auskultasi paru untuk mencari tanda
tanda edema paru
Krepitasi merupakan tanda edema
paru. Jika ada edema paru , stop pemberian cairan ,dan berikan deuretikmisalnya
furosemide 40 mg IV.
·
Nilai pembekuan darah dengan uji
pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit kemungkinan
terdapat koagulopati.
II.8 Komplikasi (Dampak) Preeklamsi
Dampak atau komplikasi
yang ditimbulkan dri preeklamsi diantaranya:
Pada ibu
a.
Dapat terjadi pembengkakan di otak
sehingga timbul kejang dengan penurunan kesadaran yang biasa disebut eklampsia.
Dapat juga terjadi pecahnya pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
b.
Bengkak yang terjadi di paru-paru
menyebabkan sesak napas hebat dan bisa berakibat fatal.
c.
terdapat kelainan jantung, dan gagal ginjal.
d.
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan
saraf mata yang disebabkan bengkak maupun lepasnya selaput retina mata.
Kebanyakan bersifat sementara. Kendati demikian, pemulihannya memakan waktu
cukup lama.
e.
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan
penurunan kadar fibrinogen darah.
f.
Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang
menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
g.
Hemolisis, penderita dengan
Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang di
kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti apakah ini merupakan
kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus
tersebut.
h.
Nekrosis hati. Nekrosis
periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum.
i.
Sindrom HELLP yaitu
haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
Pada janin
a. Pertumbuhan janin terhambat sehingga mengakibatkan berat bayi lahir rendah
b. Lahir dengan premature dan bayi akan asfiksia.
II.8 Peran Bidan
Sebagai tenaga kesehatan, bidan juga
memiiki peran dalam pemeriksaan, diantaranya:
a. Mengukur tekanan darah pada ibu hamil untuk mendeteksi gejala preeklamsi
yaitu adanya hipertensi
b. Jika ibu hipertensi, lakukan uji proteinuria pada urin ibu.
c. Lakukan rujukan ke instansi kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit)
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Preeklamsi
merupakan suatu kondisi yang dapat dialami
oleh setiap wanita hamil tapi tidak terjadi pada wanita yang tidak hamil.
Preeklamsi juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Preeklamsi
dibedakan menjadi 2 yaitu, preeklamsi ringan dan preeklamsi berat. Penyakit ini
biasanya ditandai dengan tanda-tanda sebagai berikut:
Adanya peningkatan tekanan darah yang
diikuti dengan adanya peningkatan kadar protein didalam urine.
Nyeri kepala dan adanya gangguan
penglihatan (pandangan kabur).
Nyeri epigastrik
Pada wanita hamil akan mengalami
pembengkakan pada kaki dan tangan.
Preklamsia umumnya muncul pada umur
kehamilan 37minggu, tetapi dapat timbul kapan saja pada pertengahan
kehamilan. meskipun pada beberapa kasus
ada yang di temukan pada awal masa kehamilan.
Terjadi penurunan volume plasma antara
30%-40% yang disebut hipovolemia.
Terjadi penurunan fungsi ginjal.
Penyebab
preeklamsi sampai saat ini belum dapat diketahui, karena kebanyakan dari
penderita tidak mengetahui tentang tanda dan gejala dari preeklamsi itu
sendiri, sehingga belum dapat dipastikan secara benar mengenai penyebab dari
preeklamsi tersebut.
Patofisiologi
yang sering mendasari preeklamsi diantaranya:
1. Pada
preeklamsia, terjadi spasme pembuluh darah di sertai dengan retensi garam dan
air.
2. Pada
biopsi ginjal, di temukan spasme hebat arteriola glomerolus.
3. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya , sehingga hanya dapat di
lalui oleh satu sel darah merah. Dengan demikian, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, tekanan darah akan naik, dalam usaha mengatasi kenaikan tekanan perifer
agar oksigenasi jaringan dapat di cukupi.
4. Kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruang interstitial, belum di ketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam.
5. Proteinuria
dapat di sebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
6. Pada
preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin
yang tinggi dari kehamilan normal.
Faktor resiko
yang berhubungan dengan preeklamsi adalah diaantaranya:
Ada hubungan genetik yang telah
ditegakkan (riwayat dari ibu atau keluarga perempuan meningkatkan resiko empat
sampai delapan kali).
Ada bukti pengaruh paternal.
Primigravida
Kehamilan ganda (kembar)
Pasangan (suami) baru
Obesitas.
Kondisi maternal yang meningkatkan
resiko seperti hipertensi, penyakit ginjal, diabetes, preeklamsi sebelumnya,
dan kecendrungan trombotik yang mendasari, terutama sindroma antifosfolipid.
Pencegahan
preeklamsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsi pada perempuan
hamil yang mempunyai resiko terjadinya preeklamsi. Pencegahan preeklamsi dapat
di lakukan secara nonmedical ataupun medical.
Komplikasi yang dapat muncul karena
preeklamsi diantaranya
Dapat terjadi pembengkakan di otak dan pecahnya
pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
Bengkak yang terjadi di paru-paru
menyebabkan sesak napas hebat dan bisa berakibat fatal.
terdapat kelainan jantung, dan gagal ginjal.
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan
saraf mata yang disebabkan bengkak maupun lepasnya selaput retina mata.
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan
penurunan kadar fibrinogen darah.
Solusio plasenta.
Hemolisis dan Nekrosis hati.
Sindrom HELLP yaitu
haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet
Pertumbuhan janin terhambat sehingga
mengakibatkan berat bayi lahir rendah
Bayi lahir dengan premature dan bayi akan
asfiksia.
Sebagai tenaga
kesehatan, bidan juga memiiki peran dalam pemeriksaan, diantaranya:
a. Mengukur tekanan darah pada ibu hamil untuk mendeteksi gejala preeklamsi
yaitu adanya hipertensi
b. Jika ibu hipertensi, lakukan uji proteinuria pada urin ibu.
c.
Lakukan rujukan ke instansi kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit)
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. 1984. Obtetri Patologi.
Bandung: Elstar Offset.
Cunningham F Gary, dkk. 2005. Obstetri William. Edisi 21. Jakarta: EGC.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk (Ed). 2009. Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar
Asuhan kebidanan (Varney’s Midwifery). Edisi 1. Volume 1. Jakarta: EGC.