-->
Notes and memorial ^_^

Kamis, 28 Februari 2013

MOLA HIDATIDOSA



 Mola Hidatidosa(Hamil Anggur)

Mola Hidatidosa

A.    Pengertian
Mola Hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai dengan janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan menjadi gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan, sehingga disebut juga hamil anggur atau hamil mata ikan. Jaringan trofoblast pada vili kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras dan mengeluarkan hormon HCG dalam jumlah yang besar daripada kehamilan biasa.
Mola hidatidosa juga disebut sebagai penyakityang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblast plasenta aau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili dan perubahan hidrofobik. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane vili mirip gerombolan buah anggur.

B.     Penyebab
Penyebab Mola Hidatidosa tidak diketahui. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara lain :
1.      Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2.      Imunoselektif dari trofoblast
3.      Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4.      Paritas tinggi
5.      Kekurangan protein
6.      Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

C.     Patofisiologi
Mola Hidatidosa terbagi menjadi :
1.      Mola hidatidosa komplet ( klasik ) jika tidak ditemukan janin
2.      Mola hidatidosa  inkomplet ( partial ), jika diserta janin atau bagian janin.
D.    Diagnosis dan Gejala
1.      Anamnesa
a)      Terdapat gejala hamil muda yang kadang lebih nyata dari kehamilan biasa seperti mual, muntah, pusing yang berlangsung lebih hebat.
b)      Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
c)      Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnose pasti.

2.      Inspeksi
a)      Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningan yang disebut dengan muka mola ( mola face )
b)      Jika gelembung mola keluar dapat dilihat dengan jelas.

3.      Palpasi
a)      Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamila, teraba lembek.
b)      Tidak teraba bagian-bagian janin dan balothement dan gerakan janin.
c)      Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung mola keluar, dan fundus uteri turun, lalu naik lahi karena terkumpulnya darah baru.

4.      Auskultasi
a)      Tidak terdengar denyut jantung janin
b)      Terdengar bising dan bunyi khas

5.      Pemeriksaan dalam
a)      Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.
6.      Uji sonde
a)      Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavu uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola ( cara Acosta-Sison )

7.      Foto rontgen abdomen
a)      Tidak terlihat tulang-tulang janin ( pada kehamilan 3-4 bulan )

8.      USG
a)      Pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terliaht janin.

E.     Diagnosis Banding
1.      Kehamilan ganda
2.      Hidramnion
3.      Abortus

F.      Komplikasi
1.      Perdarahan yang hebat sampai terjadi syok. Jika tidak segera ditolong dapat berakibat fatal.
2.      Perdarahan yang berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.
3.      Perforasi karena keganasan dank arena tindakan.
4.      Menjadi ganas ( Penyakit Trofoblast Ganas ) pada kira-kira 18-20 % kasus, akan menjadi mola destruens atau kariokarsinoma.

G.    Penatalaksanaan
Tindakan yang lebih diutamakan adalah menegakkan diagnosis mola hidatidosa sebelum gelembung mola ( hamil anggur ) dikeluarkan, sehingga perdarahan yang timbul pada waktu mengeluarkan mola dapat dikendalikan. Pada kasus dengan gelembung mola keluar spontan, sebagian wanita dating dalam keadaan syok dan anemis sehingga memerlukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian transfuse darah yang cukup banyak.
Langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap sebagai berikut :
1.      Perbaikan keadaan umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan memerlukan transfuse, sehingga penderita tidak jatuh dalam kedadaan syok dan dapat menjadi penyebab kematian. Di samping itu setiap evakuasi jaringan mola dapat dikuti perdarahan sehingga persiapan darah menjadi program vital terapi mola hidatidosa. Pada waktu mengeluarkan mola dengan kuretage didahului pemasangan infuse dan uterotonika sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi perdarahan.

2.      Pengeluaran jaringan mola hidatidosa
Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa pertimbangan berkaitan dengan usia penderita dan paritas. Pada mola hidatidosa  dengan usia muda dan jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan dengan melakukan tindakan.
a)      Evakuasi jaringan mola hidatidosa.
Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dilakukan dengan kuretage atau dengan vakum kuretage, yaitu alat penghisap listrik yang kuat sehingga dapat menghisap jaringan mola dengan cepat. Penggunaan alat vakum listrik mempunyai keuntungan, yaitu jaringan mola dengan cepat dapat dihisap dan mengurangi perdarahan. Evakuasi jaringan mola dilakukan sebanyak dua kali dengan interval satu minggu, dan jaringan diperiksa kepada ahli patologi anatomi.

b)      Histerektomi
Dengan pertimbangan usia yang relative tua ( di atas 35 tahun ) dan paritas lebih dari 3, penderita mola hidatidosa mendapat tindakan radikal histerektomi. Pertimbangan ini didasarkan kemungkinan keganasan kariokarsinoma menjadi lebih tinggi. Hasil operasi diperiksakan kepada ahli patologi anatomi.

3.      Pengobatan Profilaksis dengan sitostatika ( kemoterapi )
Mola Hidatidosa merupakan penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan menjadi koriokarsinoma ( 65-75%). Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas, penderita mola hidatidosa dibeerikan profilaksis dengan sitostatika ( kemoterapi ) Methortraxate ( MTX ) atau Dactinomycin. Pengobatan profilaksis atau terapi sitostatika memerlukan perawatan dan pengawasan di rumah sakit.

4.      Pengawasan Lanjutan
Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga kesembuhan penyakit mola hidatidosa memerlukan pengawasan. Di samping itu rekuren mola hidatidosa mempercepat kejadian kariokarsinoma sehingga setelah penanganan mola hidatidosa perlu menunda kehamilan paling sedikit satu tahun. Metode keluarga berencana yang dianjurkan adalah pil KB, pantang berkala, kondom atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Pemeriksaan yang dilakukan pada pengawasan post-mola hidatidosa adalah :
a)      Melakukan pemeriksaan dalam dengan pedoman “ Trias Acosta Sison : HBSL” yaitu :
History                     : Post-mola hidatidosa
Post-abortus : Postpartum
Bleeding                   : Terjadi perdarahan berkelanjutan
Softness                   : Perlunakan rahim
Enlargement : Pembesaran rahim
Dengan evaluasi berdasarkan Trias Acosta Sison kemungkinan degenerasi ganas secara klinis dapat ditegakkan.


b)      Pemeriksaan hormone.
Sebelum dapat ditetapkan dengan pemeriksaan canggih, mola hidatidosa ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan Galli Mainini. Pemeriksaan alat canggih dilakukan untuk menetapkan kadar hormone gonadotropin.

c)      Pemeriksaan foto thoraks.
Pemeriksaan foto thoraks dilakukan karena kemungkinan metastase ke paru-paru dengan gejala batuk-batuk disertai dahak berdarah, dapat menimbulkan akumulasi cairan di dalam pleural.

d)     Mencari metastase.
Degenerasi ganas mola hidatidosa bila dijumpai metastase bintik kebiruan pada vagina yang merupakan tanda khas korio karsinoma.

H.    Prognosis
Kematian akibat mola hidatidosa di negara maju sudah tidak dijumpai karena kejadian mola hidatidosa sendiri sangat jarang. Penyebab kematian akibat mola hidatidosa adalah karena perdarahan, payah jantung bersamaan dengan tiroroksitosis, infeksi sampai sepsis, pre eklamsiatau eklamsi dan degenerasi ganas ( korio karsinoma ). Kematian mola hidatidosa diperkirakan 2% sampai 5%. Proses degenerasi ganas dapat berlangsung antara tujuh hari sampai tiga tahun dengan terbanyak dalam waktu enam bulan.

I.       Peran Bidan
Peran bidan dalam penatalaksanaan penyakit mola hidatidosa terutama menegakkan diagnosis kemungkinan dan selanjutnya melakukan rujukan untuk mendapatkan diagnosis pasti
Diposting oleh Unknown di 14.30
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Asuhan Kebidanan IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

My Self ^^

Unknown
Lihat profil lengkapku

About

Welcome to my blog Blog ini kebanyakan berisi tentang ilmu kebidanan Semoga dapat bermanfaat... enjoy to my blog :)

Categories

Asuhan Kebidanan I (1) Asuhan Kebidanan II (1) Asuhan Kebidanan IV (10) Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita (4) Bahasa Indonesia (1) Biokimia (1) Biologi Reproduksi (1) Epidemiologi (1) Ilmu Kesehatan Masyarakat (2) Kesehatan Reproduksi (1) Komputer (2) Konsep Kebidanan (2) Mutu Pelayanan Kebidanan (1) Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kebidanan (2) Penjaskes (1) Promosi Kesehatan (3)

Search

Arsip Blog

  • ►  2014 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2013 (21)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (5)
    • ▼  Februari (6)
      • MOLA HIDATIDOSA
      • ANEMIA
      • Cara Membuat Blog
      • Hipertensi
      • Abortus
      • PERDARAHAN ANTEPARTUM
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (7)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2010 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)

Widget-Animasi-Blog

Follow My Fanspage ^^

Daftar Isi

Follower

Diberdayakan oleh Blogger.