ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
KASUS ROBEKAN JALAN LAHIR
Dosen Pengampu : Leli Susanti S.ST
Disusun
Oleh
Kelompok
9
Siti Hadijah (11150231)
Seli Hartati (11150252)
Ni Made Sri Dewi W. (11150241)
Yunita Arini (11150262)
PRODY D 3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah Asuhan Kebidanan IV ini yang berjudul
“Robekan Jalan Lahir” dapat selesai dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan KebidananIV, dimana
sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan guna menunjang keakuratan
materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir
kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Yogyakarta, April 2013
Penyusun
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1.
DEFINISI
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua
tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan
dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Setelah
persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan
vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan setelah persalinan.
a. Robekan
Vulva
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang
primipara, bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang
biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak, khususnya
pada luka dekat klitoris.
b. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umunya terjadinya digaris tengah dan menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia
suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.
Tingkatan
robekan pada perineum :
a. Derajat
I : luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior tanpa mengenai
kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka
baik.
b. Derajat
II : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik
penjahitan laserasi perineum.
c. Derajat
III : robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina,komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum hingga otot sfingter ani.
d. Derajat
IV : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot sfingter ani sampai ke dinding depan rektum.
Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali keterampilan untuk reparasi
laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Pada
persalinan yang sulit, dapat pula terjadi kerusakan dan peregangan
m.puborectalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah.Kejadian ini
melemahkan diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya
prolapsus uteri.
c. Perlukaan
Vagina
Perlukaan
Vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum jarang dijumpai. Kadang
ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat
ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan
terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum. Robekan
atas vagina terjadi sebagai akibat menjalarnya robekan serviks.
d. Robekan
Serviks
Persalinan
selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara
berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan serviks yang luas
menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila
terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sedah lahir lengkap
dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri.
1.2.ETIOLOGI
Robekan
Perineum
1. Faktor
Maternal
a. Partus
Presipitatus
Partus
presipitatus merupakan partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam. His yang
terlalu kuat dan terlalu efisien
menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus
presipitatus ditandai dengan adanya sifat his normal, tonus otot di luar his
juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus
bagi ibu adalah terjadinya perlukaan jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina dan perineum, sedangkan bahaya untuk bayi adalah mengalami perdarahan
dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat.
b. Mengejan
terlalu kuat
Pelahiran
kepala bayi dilakukan diantara kontraksi, alasanya adalah bahwa kombinasi
kontraksi dan upaya mendorong ibu memberikan kekuatan ganda pada saat
melahirkan. Hal ini membuat pelahiran kepala lebih cepat dan melepaskan tekanan
secara mendadak, yang keduanya meningkatkan risiko kerusakan intrakranial pada
bayi dan laserasi pada jalan lahir. Bernafas pendek dan cepat selama kontraksi
dan kemudian secara perlahan mendorong diantara kontraksi, yang akan
mempermudah kepala bayi keluar dengan trauma minimal pada bayi dan pada wanita.
c. Primipara
Pada
saat akan melahirkan kepala janin perineum harus ditahan, bila tidak ditahan
perineum akan robek terutama pada primigravida. Dianjurkan untuk melakukan
episiotomi pada primigravida atau pada perineum yang kaku. Dengan perineum yang
masih utuh pada primi akan mudah terjadi robekan perineum
d. Kesempitan
Panggul dan CPD (chepalo pelvic
disproportional)
Merupakan
disproporsi antara ukuran janin dengan ukuran panggul, dimana bentuk panggul
tidak cukup lebar untuk mengakomodasi keluarnya janin pada kelahiran per
vaginam. Jika tidak ada disproporsi (ketidaksesuaian) antara pelvis dan janin
normal serta letak anak tidak patologis, maka persalinan dapat ditunggu
spontan. Apabila dipaksakan mungkin janin dapat lahir namun akan terjadi trauma
persalinan salah satunya adalah laserasi perineum
2. Faktor
Janin
a. Lingkar
kepala janin
Kepala
janin besar dan janin besar dapat menyebabkan laserasi perineum. Kepala janin
merupakan bagian yang terpenting dalam persalinan yang berpengaruh terhadap
peregangan perineum pada saat kepala di dasar panggul dan membuka jalan lahir
dengan diameter 5-6 cm akan terjadi penipisan perineum, sehingga pada perineum
yang kaku dapat terjadi laserasi perineum kecepatan dan pengaturan diameter
kepala saat melalui introitus vagina dan perineum dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya robekan.
b. Berat
badan bayi
Pada
janin yang mempunyai berat lebih dari 4000 gram memiliki kesukaran yang
ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Bagian paling keras dan besar dari janin adalah kepala,sehingga besarnya kepala
janin mempengaruhi berat badan janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala
digunakan Berat Badan( BB) janin. Kepala janin besar dan janin besar dapat
menyebabkan laserasi perineum
c. Distosia
bahu
Distosia
bahu umumnya terjadi pada makrosomia, yakni suatu keadaan yang ditandai oleh
ukuran badan bayi yang relatif lebih besar dari ukuran kepalanya bukan
semata-mata berat badan lebih >4000 gram. Kemungkinan makrosomia perlu
dipikirkan bila dalam kehamilan terdapat penyulit-penyulit obesitas, diabetes
melitus, kehamilan lewat waktu, atau bila dalam persalinan pemanjangan kala II.
Distosia bahu juga dapat terjadi pada bayi anensefalus yang disertai kehamilan
serotinus mengingat prognosis bagi janin sangat buruk bila terjadi distosia
bahu, dianjurkan untuk melakukan seksio sesarea bila ditemukan keadaan
tersebut. Angka morbiditas dan mortalitas pada anak yang cukup tinggi dapat
terjadi fraktura humeri, klavikula, serta kematian janin. Bagi ibu, penyulit
yang sering menyertai adalah perdarahan pasca persalinan sebagai akibat atonia
uteri dan robekan pada jalan lahir.
d. Kelainan
kongenital seperti hidrosefalus
hidrocefalus
ialah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospenalis dalkam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan
ubun-ubun. Bayi yang mempunyai lingkar kepala yang besar seperti hidroicefalus
dapat menimbulkan penyulit dalam persalinan. Bagaimanapun letaknya,
hibrocefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic dengan segala
akibatnya.Persalinan pada wanita dengan janin hidrocefalus perlu dilakukan
pengawasan yang seksama, karena bahaya terjadinya ruptur uteri selalu
mengancam.
3. Faktor
penolong
a. Cara
berkomunikasi dengan ibu
Jalin
kerjasama dengan ibu dan dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah
terjadinya laserasi. Kerjasama sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter
5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan
pengaturan 11diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat
mengurangi kemungkinan robekan.
b. Cara
memimpin mengejan dan doronganpada fundus uteri
Setelah
terjadi pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat
dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan nafas, anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi. Beritahukan pada
ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan
kemudian beristirahat diantara kontraksi. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan
tentang cara meneran yang efektif dan benar
c. Ketrampilan
menahan perineum pada saat ekspulsi kepala
Saat
kepala membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang
dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas
perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum
dengan satu tangan ( dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu
sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi.
Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum. Melindungi perineum dan
mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat
mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.
1.3.PATOFISIOLOGI
1. Robekan Perinium
Robekan
perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat,
sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam tengkorok janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu
lama.
Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala
janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vaginial.
2. Robekan Serviks
Persalinan
selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara berbeda
daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas
mengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila
terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap
dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri.
1.4.PENATALAKSANAAN
1. Sebelum
merepair luka episiotomirvik atau
laserasi, jalan lahir harus
diekspose/ditampilkan dengan jelas, bila diperlukan dapat menggunakan bantuan
spekulum sims.
2. Identifikasi,
apakah terdapat laserasi servik, jika ada harus direfair terlebih dahulu.
3. Masukkan
tampon atau kassa ke puncak vagina untuk menahan perdarahan dari dalam uterus
untuk sementara sehingga luka tampak
jelas.
4. Masukkan
jari ke II dan ke III ke dalam vagina dan reganngkan untuk dinding vagina untuk
mengekspos bats atas (ujung) luka.
5. Jahitan
dimulai 1 cm proksimal puncak luka, luka dinding vagina dijahit kearah distal
hingga batas commussura posterior.
6. Rekontruksi
diaphrgma urogenital (otot perinium) dengan choromic cu gut 2-0.
7. Jahitan
diteruskan dengan penjahitan kulit perinium.
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
NY ‘R’ UMUR 28 TAHUN G1P0A0AH0 UMUR KEHAMILAN 39+2 MINGGU
DENGAN ROBEKAN JALAN LAHIR DERAJAT III
DI BPM KASIH BUNDA
KEBUMEN, JAWA TENGAH
No register : 2356
Tanggal masuk BPM : 27 Januari 2013
Dirawat diruang : Bersalin
I.
PENGKAJIAN Tanggal
:27 Januari 2013 Pukul: 06.00 WIB
A.
IDENTITAS
Ibu Suami
Nama : Ny. R Nama : Tn. S
Umur : 28
tahun Umur
: 31 tahun
Suku
: Jawa Suku : Jawa
Agama :
Islam
Agama
: Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
IRT
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Jl. Jati 06/07 Kebumen Alamat : Jl. Jati 06/07 Kebumen
B.
Data Subyektif
1.
Alasan Datang
Ibu
mengatakan merasa kenceng-kenceng seperti mau melahirkan
2.
Keluhan Utama
Ibu
mengatakan merasa kenceng-kenceng teratur sejak jam 03.00 wib dan mengeluarkan
lendir darah.
3.
Riwayat menstruasi
Menarce : 13 tahun Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari Teratur : Ya
Sifat
darah : Cair Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat
Perkawinan
Status pernikahan : Sah Menikah
ke : Satu
Lamanya : 3 tahun Usia menikah : 25 tahun
5. Riwayat
Obstetri : G 1P0 A0 Ah0
Hamil
Ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tgl
|
UK
|
Jns
Persalian
|
Penolong
|
Komp
|
JK
|
BB
lahir
|
Laktasi
|
Komp
|
|
1.
|
Hamil ini
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
Riwayat
kontrasepsi yang digunakan
No.
|
Jenis
Kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
Tgl
|
Oleh
|
Tempat
|
Keluhan
|
Tgl
|
Oleh
|
Tempat
|
Alasan
|
||
Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
Riwayat
Kehamilan Sekarang
a. HPM
: 22 April 2012 HPL : 29-1-2013
b. ANC
pertama umur kehamilan : 6 minggu
c. Kunjungan
ANC
Trimester
I
Frekuensi : 2x, Tempat : BPM Oleh : Bidan
Keluhan : mual muntah
Terapi : asam folat, B6
Trimester
II
Frekuennsi : 4x, Tempat : BPM Oleh
: Bidan
Keluhan : Tidak ada
Terapi : Vit C, tablet
Fe
Trimester
III
Frekuensi : 5x, Tempat: BPM Oleh
:Bidan
Keluahan : Sakit punggung
Terapi : Tablet Fe,
vit.C, kalk
d. Imunisasi
TT
TT1 tanggal : 30 oktober 2010
TT2
tanggal : 25 Mei 2012
TT3
tanggal : 20 November 2012
e. Pergerakan
Janin Selama 24 Jam (Dalam Sehari)
Ibu mengatakan merasakan pergerakan
janin lebih dari 10x dalam sehari
8.
Riwayat
Kesehatan
a. Penyakit
yang pernah / sedang diderita (menular, menurun,dan menahun)
Ibu
mengatakan tidak pernah /tidak sedang menderita penyakit menular(HIV,Hepatitis,
TBC), menurun (DM, jantung, hipertensi), manahun (jantung, ginjal)
b. Penyakit
yang pernah / sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan baik dari keluraga
ibu maupun suami tidak sedang / pernah menderita penyakit menular
(HIV,hepatitis,TBC), menurun(DM,Hipertensi, jantung) dan manahun (jantung,
ginjal)
c. Riwayat
keturunan kembar
Ibu
mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar
d. Riwayat
operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki
riwayat operasi
e. Riwayat
alergi obat
Ibu
mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat
9.
Pola
Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola
nutrisi
Makan
Frekuensi
: 3x/hari porsi : 1 piring
Jenis :
nasi, sayur, lauk pantangan
: tidak ada
Keluhan
: tidak ada
Minum
Frekuensi
: 5- 6x/hari porsi : 1 gelas
Jenis :
air putih pantangan
: tidak ada
Keluhan
: tidak ada
b.
Pola
Eleminasi
BAB
Frekuensi :1x/hari konsistensi
: lembek
Warna :kuning keluhan
: tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6 x/hari konsistensi
: cair
Warna : kuning jernih keluhan
: tidak ada
c.
Pola
Istirahat
Tidur Siang
Lama : 1-2 jam/hari keluhan : tidak ada
Tidur Malam
Lama : 7-8 jam/hari keluhan
: tidak ada
d.
Personal
hygiene
Mandi : 2 x/hari Ganti
Pakaian : 2x/hari
Gosok gigi : 2 x/hari Mencuci
Rambut : 3 x/minggu
e.
Pola
Seksualitas
Frekuensi : 2x/ minggu Keluhan : tidak ada
f.
Pola
aktifitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
Ibu mengatakan melakukan kegiatan
sebagai IRT seperti mencuci, menyapu,memasak dan mengepel.
g.
Pola
pemenuhan kebutuhan terakhir
Makan, tanggal
26 Januari 2013, Jam20.00WIB, Jenis:nasi
sayur,lauk
Minum, tanggal 27Januari 2013 , Jam 05.00 WIB, Jenis : air
putih dan Teh
BAK, tanggal 27 Januari 2013, Jam 04.00 WIB
BAB, tanggal 26 Januari 2013, Jam 21.00 WIB
Istirahat / tidur, tanggal 26 Januari 2013 , lama 4 jam
10. Kebiasaan
yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkoho)
Ibu
mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok,
minum jamu, dan minuman beralkohol
11. Psikososialspiritual
(persiapan menghadapi proses persalinan)
-
Ibu mengatakan senang karena akan segera
melahirkan bayinya
-
Suami dan keluarga sangat mendukung
proses persalinan ini
-
Ibu menjalin silaturahmi dengan tetangga
sekitar
-
Ibu rajin ibadah sholat 5 waktu
-
Ibu mengikuti kegiatan PKK di desanya
12. Pengetahuan
ibu (tentang kehamilan, persalinan,dan laktasi)
-
Ibu
mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilannya
-
Ibu
mengatakan belum mengetahui proses persalinan
-
Ibu
mengatakan belum menegatahui masa nifas dan laktasi
C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan
umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status Emosional : stabil
Tanda Vital Sign :
Tekanan
Darah : 120/80 Mmhg Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 36,70C
Berat Badan : 65 Kg Tinggi
Badan : 160 cm
2. Pemeriksaan
fisik
Kepala : mesocepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa/benjolan
Rambut : lurus, hitam,tidak ada ketombe, rambut tidak rontok
Muka :tidak ada odema, tidak bekas luka, tidak ada cloasma
gravidarum
Mata : simetris, tidak ada secret, sklera putih,
konjungtiva merah muda, tidak ada tanda infeksi
Hidung
: mancung, tidak ada secret,
bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : bibir lembap, bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada
caries gigi, tidak ada infeksi
Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, adanya lubang
telinga, tidak ada tanda infeksi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe,
paratiroid, dan vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada massa, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada wheezing
Payudara : simetris, bersih, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,
puting susu menonjol, kolostrum sudah keluar
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, ada linea nigra dan striae
gravidarum
Palpasi
Leopod
Leopod I : TFU 2 jari dibawah PX, teraba bulat tidak melinting, lunak ( bokong).
Leopod II : pada bagian kiri perut ibu teraba keras, memanjang, seperti
papan (punggung), dan pada bagian kanan perut ibu teraba kecil – kecil
(ekstermitas)
Leopod III : pada bagian terbawah janin teraba bulat, keras, melenting
(kepala)
Leopod IV : kedua jari tangan tidak bertemu ( divergen) kepala sudah masuk
panggul
Palpasi supra pibic :
penurunan kepala 3/5
Osborn test :
-
TFU menurut Mc.
Donald : 33 cm TBJ : (33-11) x 155 = 3410 gram
His : 3x tiap
10 menit lamanya 25 detik
Auskultasi DJJ : 138x / menit
Ekstermitas
atas : simetris, jumlah jari
lengkap, tidak ada odema, kuku merah muda, pergerakan aktif
Ekstermiats
bawah : simetris, jumlah jari lengkap,
tidak ada odema, kuku merah muda, pergerakan aktif, reflek patella (+)
Genetalia
luar : bersih, tidak oedem,
tidak ada varises, ada pengeluaran lendir darah, tidak ada tanda – tanda
infeksi
Anus
: adanya lubang
anus, tidak hemoroid
Pememriksaan
panggul (bila perlu) : tidak dilakukan
Tanggal:
27 Januari 2013 ,jam : 06.03 WIB
Pemeriksaan dalam :
Indikasi : Kenceng-kenceng teratur, keluar lendir darah
Tujuan : untuk mengetahui pembukaan sudah lengkap atau belum
Hasil
: vagina uretra tenang, porsio
tebal lunak, pembukaan 4 cm, presentasi kepala, kepala turun di hodge II,
selaput ketuban (+), stld (+).
3. Pemeriksaan
penunjang Tanggal : - Jam : -
Tidak ada
4. Data
penunjang
Tidak
ada
II.
INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa kebidanan
Seorang
ibu Ny ‘’R’’ umur 28 tahun G1P0A0AH0 umur kehamilan 39+2 minggu
inpartu kala 1 fase aktif
Data
Dasar :
DS :
- Ibu mengatakan berumur 28 tahun
- Ibu mengatakan ini kehamilan pertama
- Ibu mengatakan belum pernah
keguguran
- Ibu mengatakan HPHT tanggal 22 april
2012
- Ibu mengatakan merasa kenceng-
kenceng teratur sejak jam dan keluar lendir darah
DO :
- KU : Baik S :
36,70 C
-
TD
: 120/80 mmHg R : 20x/menit
-
N : 80x/menit
- Palpasi Leopold :
Leopold I : TFU 2 jari dibawah PX, teraba bulat tidak melinting, lunak ( bokong).
Leopod II : pada bagian kiri perut ibu teraba keras, memanjang, seperti
papan (punggung), dan pada bagian kanan perut ibu teraba kecil – kecil
(ekstermitas)
Leopod III : pada bagian terbawah janin teraba bulat, keras, melenting
(kepala)
Leopod IV : kedua jari tangan tidak bertemu ( divergen) kepala sudah masuk
panggul
-
His : 3x tiap 10 menit lamanya 25 detik
-
DJJ : 138x/menit
-
TFU : 33 cm TBJ
: 3410 gram
-
Pemeriksaan
dalam : vagina uretra tenang, porsio tebal lunak, pembukaan 4 cm, presentasi
kepala, kepala turun di hodge II, selaput ketuban (+), stld (+).
b. Masalah
Tidak
ada
Data
Dasar :
Tidak ada
III.
IDENTIFIKASI DAN ANTISIFIASI
DIAGNOSA POTENSAIAL
Tidak
ada
IV.
TINDAKAN SEGERA
a. Mandiri
Tidak
ada
b. Kolaborasi
Tidak
ada
c. Merujuk
Tidak
ada
V.
PERENCANAAN Tanggal
: 27 januari 2013 Pukul : 06.05 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil
pemeriksaan
2. Libatkan suami dalam pendampingan
persalinan
3. Ajarkan ibu cara untuk rileks
4. Beri ibu makan dan minum
5. Beri ibu masase dan sentuhan
6. Bimbing dan bantu ibu untuk berkemih
7. Siapkan alat partus set, set
hecting, pakaian pasien, dan pakaian bayi
8. Observasi keadaan ibu, janin,
kemajuan persalinan, serta lakukan pemeriksaan dalam.
VI.
PELAKSANAAN Tanggal
: 27 januari 2013 Pukul : 06.10 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan,
bahwa ibu sekarang sudah masuk dalam masa persalinan dan keadaan ibu dan
janinnya dalam keadaan baik yaitu TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, R :
20x/menit, S : 36,70C, pembukaan 4 cm, Djj : 138x/menit, dan
menganjurkan ibu untuk tidak mengejan bila ada his karena pembukaan belum
lengkap.
2. Melibatkan suami dalam pendamping
persalinan, kehadiran suami bertujuan agar ibu merasa mendapatkan dukungan dari
orang terdekatnya.
3. Mengajarkan ibu cara untuk rileks
saat ada his yaitu dengan menarik nafas panjang melalui hidung, lalu
mengeluarkannya lewat mulut.
4. Memberi ibu makan dan minum ketika
tidak ada his agar ibu dapat memenuhi energy untuk persalinannya dan nutrisi
guna mencegah terjadinya dehidrasi.
5. Memberikan masase dan sentuhan pada
ibu pada bagian perut dan punggung untuk mengurangi rasa nyeri, menganjurkan
ibu untuk miring ke kiri agar kepala janin cepat turun dan tetap mendapatkan O2.
6. Membimbing dan membantu ibu jika
merasa ada doringan untuk berkemih, karena jika kandung kemih penuh dapat
menghalangi penurunan kepala bayi.
7. Menyiapkan set partus, set hecting,
set alat untuk pertolongan bayi segera setalah lahir, pakaian pasien, dan
pakaian bayi.
8. Melakukan observasi keadaan ibu,
janin, dan kemajuan persalinan menggunakan partograf terdiri dari Djj, his,
tanda vital tiap 30 menit. Melakukan pemeriksaan dalam kembali 4 jam kemudian.
VII.
EVALUASI Tanggal : 27 januari 2013 Pukul
: 06.15 WIB
1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaan
dirinya sekarang setelah mendengar penjelasan dari bidan
2. Suami bersedia mendampingi ibu dalam
proses persalinan
3. Ibu sudah mempraktikan cara rileks
dan ibu sudah merasa rileks
4. Ibu sudah makan dan minum ketika
tidak ada his
5. Ibu merasa nyaman setelah dimasase
dan ibu bersedia untuk miring ke kiri
6. Kandung kemih dalam keadaan kosong
7. Set partus, set hecting, dan
kebutuhan untuk pertolongan bayi, serta pakaian ibu dan bayi telah disiapkan.
8. Keadaan ibu dan janin telah
diobservasi tiap 30 menit dan telah di lakukan pemeriksaan dalam.
PERKEMBANGAN
KALA II
I.
DATA SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan merasa
kenceng-kenceng semakin sering dan kuat
b. Ibu mengatakan sudah ingin mengejan
seperti mau BAB
II.
DATA OBYEKTIF
a. Keadaan umum baik
b. Tanda vital : TD 120/70 mmHg, nadi
88x/menit, respirasi 25x/menit, suhu 370C
c. His : 4x tiap 10 menit lamnya 45
detik, DJJ : 144x/menit
d. Ada dorongan meneran, ada tekanan
pada anus, perineum menonjol, vulva membuka
e. Pemeriksaan dalam : vagina uretra
tenang, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, presentasi belakang kepala, UUK
di jam 12, kepala turun di hodge IV, selaput ketuban (-), air ketuban jernih, stld
(+).
III.
ASESSMENT
1. Diagnosa kebidanan
Seorang ibu Ny ‘’R’’ umur 28 tahun G1P0A0AH0 umur kehamilan
39+2 minggu inpartu kala II
2. Diagnosa masalah
Tidak
ada
IV.
PENATALAKSANAAN Tanggal : 27 januari 2013 jam
: 08.00 WIB
1. Memastikan tanda gejala kala II
yaitu ada dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka.
Adanya tanda gejala kala II
2. Menyiapkan partus set didekat
pasien, memeriksa kelengkapan alat
3. Memakai APD (celemek, kaca mata,
topi, masker, sepatu)
4. Mencuci tangan dengan teknik 7
langkah di air mengalir dan mengeringkan dengan handuk.
5. Memakai sarung tangan pada tangan
kanan dan memasukkan oksitosin ke dalam spuit.
6. Membersihkan vulva dan perineum,
menyeka dengan hati-hati dari depan kebelakang dnegan menggunakan kapas DTT.
7. Melakukan periksa dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap. Vagina uretra tenang, Pembukaan 10 cm,
porsio tidak teraba, UUK jam 12, selaput ketuban (-),STLD (+)
8. Mendekontaminasi sarung tangan dalam
larutan klorin 0,5%, dan mencuci tangan.
9. Memeriksa DJJ setalah kontraksi
untuk memastikan DJJ dalam batas normal. DJJ 140x/menit
10. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa
pebukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman.
11. Memberitahu ibu cara meneran yaitu:
kedua kaki diangkat sampai menempel pada dada ibu, dagu menempel pada dada ibu,
kedua gigi bertemu, dan meneran tidak mengeluarkan suara.
12. Membimbing ibu untuk meneran saat
ada dorongan untuk meneran
13. Meletakkan handuk bersih diatas
perut ibu Jika kepala janin telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
14. Meletakkan kain steril yang dilipat
segitiga bagian di bawah bokong ibu,
15. Membuka tutup partus set dan
memperhatikan kelengkapan alat
16. Memakai sarung tangan DTT pada kedua
tangan
17. Melindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain bersih. Tangan lain menahan kepala bayi agar tidak
terjadi defleksi maksimal setalah lahirnya kepala bayi. Anjurkan ibu meneran
perlahan atau bernafas capat dan dangkal.
18. Memeriksa adanya lilitan tali pusat
dan ambil tindakan yang sesuai
19. Menunggu kepala bayi melakukan
putaran paksi luar
20. Membantu melahirkan kepala bayi,
dengan memgang kepala bayi secara biparietal dan anjurkan pasien untuk meneran
secara perlahan-lahan. Menarik kepala kebawah
untuk melahirkan bahu anterior dan menarik ke atas untuk melahirkan bahu
posterior.
21. Melakukan sangga susur setelah kedua
bahu lahir, dengan menggeser tangan kanan ke bawah kearah perineum ibu untuk
menyagga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Kemudian gunakan tangan kiri
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas, penelusuran tangan
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki, pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk di antara kaki bayi dan pegang masing-masing mata kaki dan
jari-jari kaki)
22. Melakukan penilaian sepintas mulai
dari warna kulit, gerakan aktif/tidak, dan bayi menangis kuat/tidak
23. Meletakkan bayi diatas perut ibu
lalu keringkan bayi mulai dari, muka , kepala, badan kecuali telapak tangan
PERKEMBANGAN
KALA III
I.
DATA SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan lega karena bayinya
telah lahir
b. Ibu mengatakan perutnya masih terasa
mules
II.
DATA OBYEKTIF
a. TFU setinggi pusat
b. Kandung Kemih kosong
c. Kontraksi uterus baik
d. Tali pusat memanjang
e. Ada semburan darah tiba-tiba
III.
ASESSMENT
1. Diagnosa kebidanan
Seorang ibu Ny ‘’R’’ umur 28 tahun P1A0AH1 inpartu kala III
2. Diagnosa masalah
Tidak
ada
IV.
PENATALAKSANAAN
1. Memberikan pujian pada ibu atas
keberhasilan melahirkan bayinya dan meminta bantuan suami untuk memberikan
minum pada pasien.
2. Memastikan tidak ada janin kedua
dengan meraba abdomen ibu. Tidak ada janin kedua
3. Memberikan suntikan oksitosin 10
unit pada 1/3 paha lateral atas secara IM dalam waktu kurang dari 1 menit
setelah bayi lahir.
4. Memotong tali pusat dengan Menjepit tali pusat menggunakan klem
kira – kira 3 cm dari pusat setelah 2 menit bayi lahir. Mendorng isi tali pusat
kearah distal pasien, lalu menjepit kembali tali pusat pada jarak 2 cm dari
klem pertama. Memotong dan mengikat tali pusat : memegang tali pusat yang sudah
dijepit dengan satu tangan (sambil
melindungi perut bayi,kemudian melakukan pengguntingan tali pusat diantara
kedua klem tersebut). Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada 1
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
mati pada sisi yang mati. Melepaskan klem dan masukkan ke dalam wadah.
5. Meletakkan bayi agar ada kontak
kulit dengan ibu, meletakkan bayi tengkurap di dada ibu, meluruskan bahu bayi
hingga bayi menempel pada dada ibu atau perut ibu, usahakan kepala bayi berada
diatas payudara ibu dengan posisi lebih rendah pada putting susu ibu.
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat, pasang topi dikepala bayi. Tali
pusat sudah dipotong dan diikat.
6. Memindahkan klem 5-10 cm di depan
vulva. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara tangan kiri pada
posisi dorsokranial di atas simpisis dan tangan kanan memegang klem tali pusat
sambil melakukan penegang tali pusat saat uterus berkontraksi. Melihat tanda –
tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat memanjang, adanya semburan darah tiba
– tiba, dan perubahan uterus daro discoid menjadi globuler. Setelah plasenta
terlihat di depan vulva,tarik ke bawah dan keatas mengikuti poros ajalan lahir.
Saat plasenta lahir kedua tangan menangkap plasenta kemudian memilin plasenta sesuai arah jarum jam. Memasase
fundus uterus dengan arah sirkuler
sampai uterus berkontraksi dengan baik. Plasenta lahir spontan dan uterus
berkontraksi dengan baik.
7. Memastikan kelengkapan plasenta pada
bagian fetal maupun maternal. Pada bagian maternal jumlah kotiledon lengkap,
selaput ketuban utuh, pada bagian fetal tidak ada lobus tambahan, ada 2 vena 1
arteri, letak tali pusat centralis, panjangnya ± 50 cm, berat plsenta ±
500gram.
8. Memastikan apakah ada laserasi jalan
lahir. Adanya laserasi jalan lahir derajat III.
9. Memastikan uterus berkontraksi
dengan baik dan melakukan masase kembali. Uterus berkontraksi dengan baik
PERKEMBANGAN
KALA IV
I.
DATA SUBYEKTIF
a. Ibu mengatakan kondisinya kurang
baik
b. Ibu mengatakan perutnya masih terasa
mules
c. Ibu mengatakan merasa perih di
daerah perinium
II.
DATA OBYEKTIF
a. Keadaan umum ibu lemah, pucat
b. Tanda vital : TD 90/70 mmHg, suhu 360
C, nadi 70x/menit, respirasi 18x/menit,
c. Kontraksi uterus baik
d. TFU 2 jari dibawah pusat
e. Ada laserasi jalan lahir derajat III
III.
ASESSMENT
1. Diagnosa kebidanan
Seorang ibu Ny ‘’R’’ umur 28 tahun P1A0AH1 inpartu kala IV
dengan robekan jalan lahir derajat III
2. Diagnosa masalah
Ibu
merasa cemas dengan keadaanya
IV.
PENATALAKSANAAN Tanggal : 27 januari 2013 jam : 08.16 wib
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang
keadaannya bahwa keadaan ibu kurang baik karena pada jalan lahirnya terjadi robekan derajat
III sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih memadai karena sebagai
bidan tidak memiliki wewenang untuk melakukan penjahitan robekan jalan lahir
derajat III. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan bersesdia untuk
dirujuk.
2. Memasang infuse RL , infuse sudah dipasang dengan tetesan 30 tetes/
menit.
3. Memasukkan
tampon atau kassa ke luka robekan untuk menahan perdarahan. Kassa atau tampon sudah dimasukkan
untuk menahan perdarahan
4. Melakukan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi/ lebih memadai, selama melakukan rujukan
selalu mengobservasi tanda – tanda vital
ibu. Ibu sudah dirujuk dan diobservasi TTV:
·
Tekanan
darah: 90/70 mmHg, N: 70x/menit,R : 18x/menit,S:360C
·
Tekanan
darah : 100/70 mmHg, N: 76x/menit, R : 18x/menit, S : 360C
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Robekan
jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan.Robekan
dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.Perdarahan pasca persalinan dengan
uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau
vagina.Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan
perineum.Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan
setelah persalinan.
Tingkatan
robekan pada perineum :
a. Derajat
I : luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior tanpa
mengenai kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
posisi luka baik.
b. Derajat
II : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik
penjahitan laserasi perineum.
c. Derajat
III : robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina,komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum hingga otot sfingter ani.
d. Derajat
IV : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot sfingter ani sampai ke dinding depan rektum.
Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali keterampilan untuk reparasi
laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
DAPTAR
PUSTAKA
Nugroho,
dr. Taufan.2012. Patologi Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Khumaira
Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan.
Yogyakarta : Citra Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar