MAKALAH
ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA
“
Muntah dan Gumoh ”
Dosen
Pengampu : Inayati Ceria, S.SiT
KELAS
A.86
KELOMPOK
4
NI MADE SRI DEWI W.S 11150241
KHOLILAH 11150263
NINING WARNINGSIH 11150264
PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita ini yang berjudul
“Muntah dan Gumoh” dapat selesai dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita, dimana
sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan guna menunjang keakuratan
materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir
kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Yogyakarta, April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ditinjau
dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang
paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir.
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal
atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
Dengan
pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-masalah yang
terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita
temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak
segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun,
tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat
dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang
seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang dengan
sendirinya.
Oleh
karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta penanganan
yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah
yang dimaksud dengan Muntah dan Gumoh?
b. Bagaimana
patofisiologi dari Muntah dan Gumoh?
c. Apa
saja tanda dan gejala dari Muntah dan Gumoh?
d. Bagaimana
cara pencegahan dari Muntah dan Gumoh?
e. Bagaimana
cara penatalaksanaan dari Muntah dan Gumoh?
1.3. Tujuan Penulisan
a.
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian
dari Muntah dan Gumoh.
b.
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
patofisiologi dari Muntah dan Gumoh.
c.
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
tanda dan gejala dari Muntah dan Gumoh.
d.
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
cara pencegahan dari Muntah dan Gumoh.
e.
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
cara penatalaksanaan dari Muntah dan Gumoh.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Muntah
2.1.1. Definisi
Muntah adalah keluarnya kembali
sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui
mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen.
Muntah merupakan keluarnya kembali
sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan
masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Muntah adalah keluarnya sebagian
atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk lambung,
disertai kontraksi lambung dan abdomen (Sudarti, 2010).
Pada masa bayi, terutama masa
neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka
harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan
regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal
ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan
udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla
oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
2.1.2. Etiologi
a.
Kelainan
congenital, pada saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,
atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi
b.
Cara
memberi makan atau minum yang salah,
c.
Infeksi
pada saluran pencernaan
d.
Keracunan
e.
Gangguan
psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih
besar.
2.1.3. Patofisiologi
Muntah terjadi ketika anak/bayi
menyemprotkan isi perutnya keluar, terkadang sampai seluruh isinya
dikelauarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada minggu-minggu pertama. Hal
tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan dengan paksa
melalui mulut. Reflex ini dikoordinasikan di medulla oblongata. Muntah dikaitan
dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit intracranial, atau
toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
2.1.4. Sifat Muntah
a.
Muntah cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan terjadi disebabkan
oleh obstruksi esophagus.
b.
Muntah proyektil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus (suatu kelainan pada
katub di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari
yang tidak mau membuka).
c.
Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan akibat obstruksi di
bawah ampula vateri.
d.
Muntah
segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan adanya tekanan intracranial yang
tinggi atau obstruksi pada usus.
e.
Muntah yang terjadi pada anak yang
tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor
psikososial.
2.1.5. Komplikasi
a. Dehidrasi
atau alkalosis karena kehilangan cairan tubuh atau elektrolit
b. Ketosisi
karena tidak makan dan minum
c. Asidosis
yang disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai
kejang perut.
d. Ketegangan
otot perut, perdarahan konjungtiva rupture esophagus, aspirasi yang disebabkan
karena muntah yang sangat hebat.
2.1.6. Pencegahan
a.
Perlambat pemberian susu.
Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
b.
Sendawakan bayi selama
dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan
berpindah ke payudara lainnya.
c.
Susui bayi dalam posisi
tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
d.
Jangan didekap atau
diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e.
Jika diberi susu botol,
pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
2.1.7. Penatalaksanaan
a. Kaji
factor penyebab dan sifat muntah
Æ Jika
terjadi pengeluaran cairan terus menerus, maka kemungakinan dikarenakan
obstruksi esophagus
Æ Jika
terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut dicurigai adanya
obstruksi di bawah ampula vateri
Æ Jika
terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus.
Æ Jika
terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan terjadi
peningkatan tekanan intracranial
b. Berikan
pengobatan yang bergantung pada factor penyebab
Æ Jangan memberikan obat anti muntah pada anak karena obat
tersebut tidak menyembuhkan penyebab muntahnya, malah dapat menyesatkan apabila
ternyata anak tengah menderita suatu kelainan pencernaan yang memerlukan upaya
bedah. Selain itu, obat anti muntah juga dapat menimbulkan efek samping.
Æ Jika bayi muntah cepat miringkan tubuhnya atau diangkat
ke belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntah tidak masuk ke
dalam saluran-saluran nafas yang dapat menyumbat dan berakibat bfatal. Jika
muntahnya lewat hudung, orang tua tidak perlu khawatir karena ini berarti
muntahnya keluar, bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang berbahaya
bila dari hidung masuk lagi dan terhisap ke saluran nafas. Karena bisa masuk ke
paru-paru tidak bisa dilakukan ttindakan apa-apa kecuali membawa segera ke
dokter untuk ditangani lebih lanjut.
c. Ciptakan
suasana tenang
d. Perlakukan
bayi dengan baik dan hati-hati
e. Berikan
diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
f. Berikan
antiemetik jika terjadi reaksi simtomatis
g. Rujuk
segara
2.2. Gumoh
2.2.1. Definisi
Gumoh
adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setalah beberapa saat
setelah beberapa saat setalah makanan
masuk ke dalam lambung.
Gumoh,
dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi. Regurgitasi adalah gejala klinis
dan merupakan keadaan fisiologis yang normal pada bayi berusia dibawah satu
tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia.
Jika
terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama
akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan pada bayi
tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang karena asupan
makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam
lambung yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau gumoh melalui hidung
dan bahkan disertai muntah.
Perlu
diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada. Bila disertai
kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali, dapat menyebabkan
terjadinya kekuranga cairan tubuh.
2.2.2. Etiologi
Penyebab
terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam. Diantaranya adalah: Susu atau ASI
yang diminumkan bayi melebihi kapasitas lambung, padahal di usia itu kapasitas
lambung bayi masih sangat kecil ; Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi
menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis; Klep peunutup lambung
belum berfungsi sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke klep penutup lambung.
Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna. Akibatnya, kalau bayi
dalam posisi yang salah susu akan keluar dari mulut.
2.2.3. Patofisiologi
Pada
keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga
terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan
keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot
katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik otot tersebut seharusnya
mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini dapat juga terjadi pada orang
dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi di
bulan-bulan pertama kehidupannya.
2.2.4. Tanda Gejala
a.
Mengeluarkan kembali susu saat
diberikan minum.
b.
Gumoh yang normal terjadi kurang dari
empat kali sehari.
c.
Tidak sampai mengganggu pertumbuhan
berat badan bayi.
d.
Bayi tidak menolak minum.
2.2.5. Pencegahan
a.
Hindarkan
memberikan ASI atau susu saat bayi berbaring, jaga agar bayi tetap pada posisi
tegak sekitar 30 menit setelah menyusui.
b.
Hindari
meletakkan bayi dikursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
c.
Hindari
merangsang aktivitas berlebihan setelah bayi disusui.
d.
Kontrol jumlah
ASI dan susu yang diberikan, berikan ASI dan susu sedikit demi sedikit tapi
sering selalu usahakan cairan yang masuk lebih banyak dari cairan yang keluar.
e.
Cek lubang dot
yang digunakan untuk memberikan ASI atau susu, jika lubang terlalu kecil akan
meningkatkan udara yang masuk, jika terlalu besar akan mengalir dengan cepat
yang bisa memungkinkan bayi regurgitasi.
f.
Hindarkan
pemberian ASI dan susu ketika bayi sangat lapar karena bayi akan tergesa-gesa
saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
g.
Jika menyusui,
posisi bayi dimiringkan, kepala bayi lebih tinggi daripada kakinya sehingga
membentuk sudut 45°, jadi cairan yang masuk bisa turun kebawah.
h.
Hindari
interuptus, suatu yang mengejutkan, lampu yang terang dan gangguan lainnya saat
menyusui.
i.
Ganjal kepala
bayi dengan sesuatu yang agak keras (bantal) dan taruh posisi bayi dalam posisi
miring. Hal ini membuat kepala lebih tinggi dari pada lambungnya dan mencegah
bayi tersedak kalau dia regurgitasi pada saat tidur.
j.
Perbaiki teknik
menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian
aerola dan dagu menempel payudara ibu.
k.
Apabila
menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol diatur sedemikian rupa
sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya
kedalam mulut bayi.
l.
Sendawakan bayi sesaat setelah minum.
Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan
dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
1) Bayi digendong
agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi
ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
2) Menelungkupkan
bayi di
pangkuan ibu,
lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.
2.2.6. Penatalaksanaan
a.
Perbaiki teknik menyusui
b.
Perhatikan posisi botol saat pemberian
susu
c.
Sendawakan bayi setelah disusui
d.
Lakukan teknik menyusui yang benar yaitu
bibir mencakup rapat seluruh putting susu ibu
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Muntah
adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung
dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami
muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh
dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan
muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal
yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi
(muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Baik
gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh
terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti
meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih
cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi
lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1
kali setiap
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga
8-10 % pada
umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun
normal, gumoh
yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi.
3.2. Saran
Saran bagi para
orang tua sebaiknya selalu memperhatikan bayi nya ketika terjadi sesuatu yang
tidak wajar. Salah satunya yaitu ketika bayi mengalami muntah atau gumoh. Bila
bayi mengalami muntah atau gumoh sebaiknya orang tua segera mengambil tindakan
untuk mengatasinya atau para orang tua bisa segera ke petugas kesehatan
terdekat. Karena bila tidak diatasi dengan benar maka akan terjadi komplikasi
yang lebih parah.
Sebagai
petugas kesehatan juga sebaiknya dapat segera melakukan pengangan bila terjadi
muntah atau gumoh pada bayi. Serta memberikan informasi atau konseling pada ibu
tentang apa yang dialami oleh bayinya. Agar bila hal itu terjadi di rumah, ibu
dapat dengan segera melakukan penanganan pada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,
Vivian N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi
dan anak Balita. Jakarta: Selemba Medika
Karyuni
P.E dan Eny Meilya (Ed). 2007. Buku Saku
Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir : Panduan Untuk Dokter, Perawat, & Bidan.
Jakarta: EGC
Marmi
dan Kukuh R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi
Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rukiyah
Ai Y. dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: TIM
Sudarti
dan Endang K. 2010. Asuhan Kebidanan
Neonatus Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Hidriani,
neni. 2012. Gumoh dan Muntah pada Neonatus. www.nenihindrianimidwifery.blogspot.com/2012/05/fimosis.html.
Diakses pada tanggal 19 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar