MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA
“Hipospadia”
KELAS
: A.86
KELOMPOK
1
JULIANA LILO MORI 10159125
NI MADE SRI DEWI W. S 11150241
LUH PUTU RISKA MEGAYANTI 11150253
YAMAN AYU M. P. ASIR 11150021
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita ini yang berjudul “Hipospadia ”
dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, dan Balita, dimana sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan
guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.
Semoga makalah
ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir kata penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Yogyakarta, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelainan pada alat
kelamin pria (penis/phallus) merupakan salah satu masalah yang memerlukan
perhatian khusus. Secara fisiologis organ tersebut (penis/phallus) memiliki
beberapa fungsi, antara lain: sebagai saluran pembuangan urine, phallus juga
berfungsi sebagai organ seksual. Salah satu kelainan yng akan dibahas adalah
hipospadia.
Hipospadia adalah suatu
kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra eksterna terletak dipermukaan
ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung gland
penis). Letak kencing abnormal bermacam-macam: dapat terletak di ujung penis
namun tidak tepat di ujung (hipopadia tipe glanural), pada leher kepala penis
(tipe coronal), pada batang penis (tipe penil), pada perbatasan pangkal penis
dan kantung kemaluan (tipe noskrotal), bahkan pada kantung kemaluan (tipe
scrotal) atau daerah antara kemaluan dan anus ( tipe perineal).
Hipospadia
merupakan kelainan bawaan yang jarang ditemukan, dengan angka kekerapan 1 kasus hipospadia pada setiap 250-400 kelahiran bayi laki-laki hidup. Sedangkan di
amerika Serikat hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayi
laki-laki. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin meningkat. Laporan
saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir
premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi dengan berat badan rendah.
Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam daripada kulit putih, dan pada
keturunan Yahudi dan Italia. Berdasarkan
data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000 menurut kelompok umur dan jenis
kelamin usia 0–4 tahun yaitu 10.295.701 anak yang menderita hipospadia dan
sekitar 29 ribu anak memerlukan penanganan repair hipospadia. Di sulawesi
Tengah menurut data dinas kesehatan tahun 2011 terdapat 760 anak menderita
hipospadia 210 anak diantaranya terdapat di kabupaten Banggai.
Penyebab
dari hipospadia ini sangat multifaktor antara lain disebabkan oleh gangguan dan
ketidak seimbangan hormon, genetika, dan lingkungan. Gangguan hormon yang
dimaksud adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria).
Sedangkan dari faktor genetika, dapat terjadi karena gagalnya sintesis androgen
sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk faktor lingkungan
adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan
mutasi.
1.2. Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan hipospadia?
b.
Apa saja klasifikasi dari hipospadia?
c.
Bagaimana etiologi hipospadia?
d.
Apa saja tanda gejala hipospadia?
e.
Bagaimana cara mendiagnosis hipospadia?
f.
Bagaimana cara penatalaksanaan
hipospadia?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
mengetahui dan dapat memahami tentang Hipospadia dan penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang
berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia
adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah bukan
di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan
bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia
bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada
glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika
lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan
kadang pada scrotum (kantong zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini
seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan, fibrosa yang
kencang, menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Sebagian besar anak dengan kelainan hipospadia
memiliki bentuk batang penis yang melengkung. Biasanya di sekitar lubang
kencing abnormal tersebut terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang bersifat
menarik dan mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat dari samping, penis
tampak melengkung seperti kipas (chordee, bahasa Latin); secara spesifik
jaringan parut di sekitar muara saluran kencing kemudian disebut chordee. Tidak
setiap hipospadia memiliki chordee. Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia
juga memiliki kelainan berupa testis yang belum turun sampai ke kantung
kemaluannya (undescended testis).
2.2 Klasifikasi Hipospadia
Tipe hipospadia
berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus :
1. Tipe
Sederhana/Tipe Anterior
Terletak di
anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus
teletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat
dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/Tipe Middle
Middle yang
terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada tipe ini,
meatus terletak antara glands penis dan scrotum. Biasanya disertai dengan
kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga
penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada
kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap,
mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi
tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk
tindakan bedah selanjutnya
3. Tipe Posterior
Posterior yang
terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umunya pertumbuhan penis
akan terganggu, kadang disertai dengan scrotum bifida, meatus uretra terbuka
lebar dan umumnya testis tidak turun
2.3 Etiologi Hipospadia
Penyebab
sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab
pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :
a. Gangguan dan
ketidak seimbangan hormon
Hormon yang dimaksud disini adalah
hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga
karena reseptor hormon androgennya sendiri didalam tubuh yang kurang atau tidak
ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetap
saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enjim yang berperan
dalam sintetis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
b. Genetika
Terjadi
karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada
gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut
tidak terjadi.
c. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang
menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi.
2.4 Tanda Gejala Hipospadia
v Lubang
penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar
penis.
v
Penis melengkung di bawah
v
Penis tempat seperti berkerudung karena
adanya kelainan pada kulit depan penis.
v Jika
berkemih, anak harus duduk
2.5 Diagnosis Hipospadia
Hipospadia sangat mudah dikenali saat pemeriksaan
fisis bayi laki-laki yang baru lahir. Tidak adanya lubang kencing di ujung
kepala penis, serta bentuk penis melengkung menjadi ciri khas bayi laki-laki
dengan hipospadia. Pada kelainan yang sangat berat, jenis kelamin bayi
seringkali sukar untuk dikenali sebagai laki-laki atau perempuan jika berdasar
dari pemeriksaan fisis semata. Dalam hal tersebut, penderita akan disarankan
untuk menjalani pemeriksaan kromosom-penanda-kelamin (sex chromatin).
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna
meskipun jarang dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi (IVP,
sistouretrografi) untuk menilai gambaran saluran kemih secara keseluruhan
dengan bantuan kontras. Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita
mengeluh sulit berkemih.
2.6 Penatalaksanaan Hipospadia
Sebagai bidan hal pertama yang harus
dilakukan yaitu menjelaskan tentang penanganan kelainan saluran kencing yang
disebut Hipospadia. Penanganan Hipospadia bisa diatasi dengan pemeriksaan fisik
kepada bayi yang baru lahir dan apabila bayi tersebut menglami hipospadia bidan
sebaiknya melakukan rujukan kepada dokter agar bayi tersebut mendapat penanganan
medis dengan lebih lanjut dan bisa dilakuakan operasi yang bertujuan untuk
menjadikan penis menjadi lurus dan menjadikan saluran kencing tepat pada
tempatnya.
Operasi sebaiknya dilakukan pada
saat anak berusia 6 bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa
pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan
berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya
miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya
dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Apabila waktu atau usia
telah mencukupi segera rujuk dan dibawa ke Rumah Sakit.
Diagnosa ditegakkan, berdasarkan
pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu
dilakukan pemeriksaan radiologist untuk pemeriksaan kelainan bawaan lainnya.
Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat, kulit depan penis
dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti. Rangkaian pembedahan biasanya
telah selasai dilakukan sebelum anak mulai bersekolah. Pad asaat ini, perbaikan
hipospadia dianjurkan sebalum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati,
mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada
saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan
seksual.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra
terdapat di penis bagian bawah bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan
kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Ada 3 tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium
uretra eksternum/meatus
: tipe Sederhana/tipe Anterior, tipe penil/tipe Middle, tipe Posterior.
Tanda gejala dari hipospadia adalah
v
Lubang penis tidak terdapat di ujung
penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
v
Penis melengkung di bawah
v
Penis tempat seperti berkerudung karena
adanya kelainan pada kulit depan penis.
v
Jika berkemih, anak harus duduk
Penanganan Hipospadia bisa diatasi dengan
pemeriksaan fisik kepada bayi yang baru lahir dan apabila bayi tersebut
menglami hipospadia bidan sebaiknya melakukan rujukan kepada dokter agar bayi
tersebut mendapat penanganan medis dengan lebih lanjut dan bisa dilakuakan
operasi yang bertujuan untuk menjadikan penis menjadi lurus dan menjadikan
saluran kencing tepat pada tempatnya.
3.2. Saran
Untuk mencegah terjadinya hipospadia pada neonaus,
perlu untuk menghindari penyebab dari hiposapadia. Tapi hanya dari faktor
lingkungan saja yang mudah untuk diantisipasi. Jadi, dari segi factor lingkungan pada saat ibu hamil,
sebaiknya ibu menghindari atau meminimalisir paparan politan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi
Vivian, N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita. Jakarta: Selemba Medika
Muslihatun,
W.N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Sudarti, Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar