-->
Notes and memorial ^_^

Rabu, 27 Maret 2013

Hipospadia



MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA

“Hipospadia”



KELAS : A.86
KELOMPOK 1
*      JULIANA LILO MORI                       10159125          
*      NI MADE SRI DEWI W. S                 11150241
*      LUH PUTU RISKA MEGAYANTI    11150253
*      YAMAN AYU M. P. ASIR                 11150021

PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013


KATA PENGANTAR



  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita ini yang berjudul “Hipospadia ” dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita, dimana sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.


                       
Yogyakarta,   Maret  2013



                                 Penyusun






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI. 2
BAB I. 3
PENDAHULUAN.. 3
1.1.       Latar Belakang. 3
1.2.       Rumusan Masalah. 4
1.3.       Tujuan Penulisan. 4
BAB II. 5
TINJAUAN TEORI. 5
2.1        Definisi Hipospadia. 5
2.2        Klasifikasi Hipospadia. 5
2.3        Etiologi Hipospadia. 6
2.4        Tanda Gejala Hipospadia. 7
2.5         Diagnosis Hipospadia. 7
2.6        Penatalaksanaan Hipospadia. 7
BAB III. 9
PENUTUP.. 9
3.1.       Kesimpulan. 9
3.2.       Saran. 9
DAFTAR PUSTAKA.. 10

 


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.           Latar Belakang

Kelainan pada alat kelamin pria (penis/phallus) merupakan salah satu masalah yang memerlukan perhatian khusus. Secara fisiologis organ tersebut (penis/phallus) memiliki beberapa fungsi, antara lain: sebagai saluran pembuangan urine, phallus juga berfungsi sebagai organ seksual. Salah satu kelainan yng akan dibahas adalah hipospadia.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra eksterna terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung gland penis). Letak kencing abnormal bermacam-macam: dapat terletak di ujung penis namun tidak tepat di ujung (hipopadia tipe glanural), pada leher kepala penis (tipe coronal), pada batang penis (tipe penil), pada perbatasan pangkal penis dan kantung kemaluan (tipe noskrotal), bahkan pada kantung kemaluan (tipe scrotal) atau daerah antara kemaluan dan anus ( tipe perineal).
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang jarang ditemukan, dengan angka kekerapan 1 kasus hipospadia pada setiap 250-400 kelahiran bayi laki-laki hidup. Sedangkan di amerika Serikat hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayi laki-laki. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi dengan berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam daripada kulit putih, dan pada keturunan Yahudi dan Italia. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000 menurut kelompok umur dan jenis kelamin usia 0–4 tahun yaitu 10.295.701 anak yang menderita hipospadia dan sekitar 29 ribu anak memerlukan penanganan repair hipospadia. Di sulawesi Tengah menurut data dinas kesehatan tahun 2011 terdapat 760 anak menderita hipospadia 210 anak diantaranya terdapat di kabupaten Banggai.
Penyebab dari hipospadia ini sangat multifaktor antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidak seimbangan hormon, genetika, dan lingkungan. Gangguan hormon yang dimaksud adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Sedangkan dari faktor genetika, dapat terjadi karena gagalnya sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk faktor lingkungan adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

1.2.           Rumusan Masalah

a.       Apa yang dimaksud dengan hipospadia?
b.      Apa saja klasifikasi dari hipospadia?
c.       Bagaimana etiologi hipospadia?
d.      Apa saja tanda gejala hipospadia?
e.       Bagaimana cara mendiagnosis hipospadia?
f.       Bagaimana cara penatalaksanaan hipospadia?

1.3.           Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan dapat memahami tentang Hipospadia dan penatalaksanaannya.







BAB II

TINJAUAN TEORI


2.1             Definisi Hipospadia

Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada scrotum (kantong zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan, fibrosa yang kencang, menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Sebagian besar anak dengan kelainan hipospadia memiliki bentuk batang penis yang melengkung. Biasanya di sekitar lubang kencing abnormal tersebut terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang bersifat menarik dan mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat dari samping, penis tampak melengkung seperti kipas (chordee, bahasa Latin); secara spesifik jaringan parut di sekitar muara saluran kencing kemudian disebut chordee. Tidak setiap hipospadia memiliki chordee. Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia juga memiliki kelainan berupa testis yang belum turun sampai ke kantung kemaluannya (undescended testis).

2.2             Klasifikasi Hipospadia

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus :
1.       Tipe Sederhana/Tipe Anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus teletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
                    
2.      Tipe penil/Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan scrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya

3.      Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umunya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan scrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun

2.3             Etiologi Hipospadia

Penyebab sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
a.       Gangguan dan ketidak seimbangan hormon
Hormon yang dimaksud disini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri didalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enjim yang berperan dalam sintetis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.



b.       Genetika
      Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
c.        Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

2.4             Tanda Gejala Hipospadia

v Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
v Penis melengkung di bawah
v Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
v Jika berkemih, anak harus duduk

2.5            Diagnosis Hipospadia

Hipospadia sangat mudah dikenali saat pemeriksaan fisis bayi laki-laki yang baru lahir. Tidak adanya lubang kencing di ujung kepala penis, serta bentuk penis melengkung menjadi ciri khas bayi laki-laki dengan hipospadia. Pada kelainan yang sangat berat, jenis kelamin bayi seringkali sukar untuk dikenali sebagai laki-laki atau perempuan jika berdasar dari pemeriksaan fisis semata. Dalam hal tersebut, penderita akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan kromosom-penanda-kelamin (sex chromatin).
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi (IVP, sistouretrografi) untuk menilai gambaran saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras. Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit berkemih.

2.6             Penatalaksanaan Hipospadia

Sebagai bidan hal pertama yang harus dilakukan yaitu menjelaskan tentang penanganan kelainan saluran kencing yang disebut Hipospadia. Penanganan Hipospadia bisa diatasi dengan pemeriksaan fisik kepada bayi yang baru lahir dan apabila bayi tersebut menglami hipospadia bidan sebaiknya melakukan rujukan kepada dokter agar bayi tersebut mendapat penanganan medis dengan lebih lanjut dan bisa dilakuakan operasi yang bertujuan untuk menjadikan penis menjadi lurus dan menjadikan saluran kencing tepat pada tempatnya.
Operasi sebaiknya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Apabila waktu atau usia telah mencukupi segera rujuk dan dibawa ke Rumah Sakit.
Diagnosa ditegakkan, berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologist untuk pemeriksaan kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat, kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti. Rangkaian pembedahan biasanya telah selasai dilakukan sebelum anak mulai bersekolah. Pad asaat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan sebalum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.





 



BAB III

PENUTUP


3.1.           Kesimpulan

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Ada 3 tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus : tipe Sederhana/tipe Anterior, tipe penil/tipe Middle, tipe Posterior.
Tanda gejala dari hipospadia adalah
v  Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
v  Penis melengkung di bawah
v  Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
v  Jika berkemih, anak harus duduk
Penanganan Hipospadia bisa diatasi dengan pemeriksaan fisik kepada bayi yang baru lahir dan apabila bayi tersebut menglami hipospadia bidan sebaiknya melakukan rujukan kepada dokter agar bayi tersebut mendapat penanganan medis dengan lebih lanjut dan bisa dilakuakan operasi yang bertujuan untuk menjadikan penis menjadi lurus dan menjadikan saluran kencing tepat pada tempatnya.

3.2.           Saran

Untuk mencegah terjadinya hipospadia pada neonaus, perlu untuk menghindari penyebab dari hiposapadia. Tapi hanya dari faktor lingkungan saja yang mudah untuk diantisipasi. Jadi, dari segi  factor lingkungan pada saat ibu hamil, sebaiknya ibu menghindari atau meminimalisir paparan politan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.                                                                                     

DAFTAR PUSTAKA


Dewi Vivian, N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Selemba Medika
Muslihatun, W.N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Sudarti, Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
http://wulan-midwifery.blogspot.com/2012/03/hipospadia.html
http://funnyfau.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html


 
Diposting oleh Unknown di 11.34 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

My Self ^^

Unknown
Lihat profil lengkapku

About

Welcome to my blog Blog ini kebanyakan berisi tentang ilmu kebidanan Semoga dapat bermanfaat... enjoy to my blog :)

Categories

Asuhan Kebidanan I (1) Asuhan Kebidanan II (1) Asuhan Kebidanan IV (10) Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita (4) Bahasa Indonesia (1) Biokimia (1) Biologi Reproduksi (1) Epidemiologi (1) Ilmu Kesehatan Masyarakat (2) Kesehatan Reproduksi (1) Komputer (2) Konsep Kebidanan (2) Mutu Pelayanan Kebidanan (1) Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kebidanan (2) Penjaskes (1) Promosi Kesehatan (3)

Search

Arsip Blog

  • ►  2014 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2013 (21)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (7)
    • ▼  Maret (5)
      • Hipospadia
      • Kasus Preeklamsia Berat
      • Power Point Kejang
      • Kejang pada Neonatus
      • Cara Membuat Daftar Isi
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (7)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2010 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)

Widget-Animasi-Blog

Follow My Fanspage ^^

Daftar Isi

Follower

Diberdayakan oleh Blogger.