TUGAS KESEHATAN
REPRODUKSI
“Pelvic Inflamantory Disease”
Dosen Pengampu :
Bernadeta Verawati, M.Keb
Kelompok : 4
Ayu Retno Budiati 11150235
Hastuti 11150236
Baiq Yulastri 11150239
Sri Yuliastuti 11150240
Ni Made Sri Dewi W.S 11150241
Eva Lestari 11150242
Clara Harfy 11150247
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D-III KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan
yang telah memberikan karunia dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang Pelvic Inflamantory Disease. Makalah ini
penulis buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Kesehatan Reproduksi Ibu Bernadeta Verawati,
M.Keb
Penulis ucapkan terimakasih kepada :
1.
Ibu Bernadeta Verawati, M.Keb yang telah
memberikan tugas makalah ini.
2.
Teman – teman
sekelompok yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
3.
Semua pihak
yang telah membantu pembuatan makalah ini
Demikian makalah yang telah penulis buat
ini semoga dapat bermanfaat untuk teman – teman semua. Akhir kata sesuai dengan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak ”, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari dosen pengampu Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan pembaca.
Yogyakarta,
3 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
ISI MAKALAH……………………………………………………………....1
A. Definisi
……………………….…………………....……………1
B. Penyebab
dan Gejala ……………………………………………1
C. Pengobatan……………………………………………………....17
D. Pencegahan……………………………………………………....18
PENUTUP ………………………………………………………………..…...20
DAFTAR PUSTAKA ………………………………......................................21
ISI MAKALAH
A.
Devinisi Pelvic
Inflamantory Disease
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID,
Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba
falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan rahim). Peradangan tuba
falopi terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama
ditemukan pada wanita yang memakai IUD.
Biasanya peradangan menyerang kedua tuba.
Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
Infeksi ini sebagian berkaitan dengan infeksi alat kelamin bagian atas (sekitar
saluran indung telur, sekitar jaringan lunak rahim, infeksi indung telur). Juga
berkaitan dengan infeksi jaringan sekitar panggul minor.
B.
Penyebab dan Gejala
1.
Penyebab
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya
beragam. Pelvic Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri yang juga menyebabkan penyakit menular seksual
lainnya.Diantaranya adalah: C.trachomatis, N. gonorrhoeae, Gardnerella
vaginalis, Haemophilus influenzae, Escherichia coli (organisme gram negatif
yang enterik), Bacteroides fragilis, dan Mycoplasma genitalium. Sedangkan
penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: aktinomikosis (infeksi
jamur), skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis, dan penyuntikan zat
warna pada pemeriksaan rontgen khusus.Pelvic Inflammatory Disesase terjadi
jika mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik
menuju organ reproduksi di atasnya. Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah
gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak.
Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga berganti-ganti
pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan
wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID.
Hal ini dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan
wanita muda belum sepenuhnya matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas
terkena penyakit menular seksual yang berkaitan pula dengan PID tersebut.
Faktor resiko lainnya adalah berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci
vagina dengan produk pembersih padahal dapat merubah suasana vagina sehingga
dapat memudahkan kuman untuk menembus barier alamiah tersebut. Wanita yang
menggunakan IUD (intrauterine device) juga memiliki resiko untuk
menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan, terutama dalam
4 bulan setelah pemasangan IUD. Hal ini disebabkan adanya penghubung yang
memudahkan kuman untuk masuk ke dalam uterus. Namun resiko ini dapat ditekan,
jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan
menderita penyakit menular seksual sebelumnya. Di samping itu faktor resiko
lainnya adalah pada saat menstruasi. Di mana minggu pertama haid merupakan
periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan media yang paling
baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae. Oleh karenanya, penting diperhatikan
oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan daerah sekitar
kemaluannya.
2.
Gejala
Biasanya timbul setelah siklus menstruasi
berlangsung. Merasakan sakit pada perut bagian bawah bisa semakin buruk dengan
disertai mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii
sehingga terjadi pembengkakan dan berisi cairan. Akibatnya dapat terjadi nyeri
menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa
menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan
nyeri menahun. Apabila semakin buruk maka akan terjadi abses (penimbunan nanah)
yang jika pecah maka nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya semakin buruk dan
penderita akan menderita shock. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi
ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin
ditemukan pada PID:
·
Keluar
cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
·
Demam
·
Perdarahan
menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di
celana dalam
·
Kram
karena menstruasi
·
Nyeri
ketika melakukan hubungan seksual
·
Perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual
·
Nyeri
punggung bagian bawah
·
Kelelahan
·
Nafsu
makan berkurang
·
Sering
berkemih
·
Nyeri
ketika berkemih.
Kesatuan fungsional Korpus uteri antara lain Uterus,
Tuba fallopii, Ovarium,
pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat disekitarnya dan peritoneum.
Radang tinggi panggul adalah radang karena naiknya infeksi yang tadinya
bersarang pada traktus geniatalis bagian bawah, yang termasuk radang tinggi panggul
antara lain :
1. Endometritis.
2. Miometritis { Metritis }.
3. Perimetritis { Pelveoperitonitis }.
4. Adneksitis { Salpingitis/Pyosalpinx, Oophoritis/Pyovarium }.
5. Parametritis { Cellulit pelvica }.
Radang tinggi panggul dapat dibagi menjadi :
pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat disekitarnya dan peritoneum.
Radang tinggi panggul adalah radang karena naiknya infeksi yang tadinya
bersarang pada traktus geniatalis bagian bawah, yang termasuk radang tinggi panggul
antara lain :
1. Endometritis.
2. Miometritis { Metritis }.
3. Perimetritis { Pelveoperitonitis }.
4. Adneksitis { Salpingitis/Pyosalpinx, Oophoritis/Pyovarium }.
5. Parametritis { Cellulit pelvica }.
Radang tinggi panggul dapat dibagi menjadi :
a. Radang Akut
Disebabkan oleh :
-
Gonorroe
(60 % disebabkam GO)
-
Kuman
– kuman lain : streptococcus aerob maupun an aerob staphylococcus.
b.
Radang Kronis : Dari radang akut , TBC
Naiknya infeksi dipermudah :
-
Menstruasi
(sering radang tinggi timbul setelah menstruasi)
-
Partus
atau abortus
-
Operasi
ginekologis (kuret)
- Cervicitis
Pengertian
Cervicitis
adalah radang pada selaput lendir canalis cervikalis. Karena epitel selaput
canalis cervikalis hanya terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan muda
terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis
bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih
terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
`Penyebab
Servisitis
disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan
mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan
stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan
perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat
juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion,
alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan
lain-lain.
Gejala
1.
Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
2.
Sering menimbulkan erosi pada potio yang tampak sebagian daerah yang merah
menyala.
3.
Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen
keluar dari kanalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka
harus diingat gonorhoe.
4.
Perdarahan saat melakukan hubungan seks
Diagnosis
· Biopsi
(contoh jaringan diambil) mungkin dianjurkan jika muncul serviks yang abnormal.
· Kolposkopi
adalah suatu prosedur yang menggunakan instrumen teropong seperti untuk
mendapatkan tampilan yang diperbesar dari permukaan leher rahim.
· Papsmear
Pengobatan
1.
Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret
2. Kalau
cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10
% dan irigasi.
3. Cervicitis
yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya
ectropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
4. Erosion
dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau
Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa
kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak .
2.
Endomentritis
Pengertian
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada
dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Endometritis terbagi menjadi:
Endometritis
sinsitial(peradangan
dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang
banyak)
Penyebab
Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas
foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum. Biasanya muncul dari infeksi yang
ditemukan dalam flora normal vagina pada saat perkawinan, kelahiran,
sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
2. Faktor
Mayor
Faktor risiko termasuk kelahiran
sesar, pecah membran lama, tenaga kerja yang panjang dengan beberapa
pemeriksaan vagina, ekstrem umur pasien, dan status sosial ekonomi
rendah.
3. Faktor
Minor
Faktor risiko yang berkontribusi
termasuk ibu anemia, janin pemantauan internal yang berkepanjangan, operasi
lama, dan anestesi umum.
Gejala
Lendir vagina yang berwarna keputihan sampai
kekuningan yang berlebihan, dan rahim membesar karena tertimbun cairan.
Pengaruh endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan
kesuburan sedangkan dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan
reproduksi karena terjadi perubahan saluran reproduksi.
Diagnosis
·
Pemeriksaan rektal
Pada palpasi perrektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan
sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
·
Pemeriksaan vaginal
Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan
dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir,
lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan
kemerahan di daerah vagina dan leher rahim
Diagnosis biasanya didasarkan pada
temuan klinis:
·
Demam, Biasanya terjadi dalam
36 jam setelah melahirkan, pada populasi obstetri
·
Lokhia berbau busuk
·
Abnormal pendarahan vagina
·
Dispareunia (mungkin hadir pada
pasien dengan penyakit panggul [inflamasi PID])
·
Disuria (mungkin hadir pada pasien
dengan PID)
Pengobatan
Terapi endometritis, dapat dilakukan
melalui :
Pengobatan yang direkomendasikan
untuk endometritis yang agak berat adalah
·
Memperbaiki vaskularisasi dengan
mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik ringan
seperti lugol dengan konsentrasi yang rendah.
Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3 hari.
3. Miometritis
Biasanya tidak berdiri sendiri
tetapi lamjutan dari endometritis, maka gejala-gjala dan terapinya seperti
endometritis. Diagnosa hanya dapat dibuat secara patolog-anatomis.
4.
Salpingitis akut
Salpingitis menjalar ke ovarium
hingga juga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama
adnexitis.
Etiologi
:
Paling sering disebabkan oleh
ghonococcus , disamping itu oleh staphylococcus, streptococcus, dan bac tbc.
Infeksi
dapat terjadi sebagai berikut:
a) Naik dari cavum uteri
b) Menjalar dari alat yang berdekatan seperti
apendiks yang meradang.
c) Haematogen terutama salpingitis
tuberculosa.
Salpingitis
biasanya bilateral.
Gejala-gejala
:
ü Demam tinggi dengan menggigil, pasien
sakit keras.
ü Nyeri kiri kanan di perut bagian bawah
terutama kalau ditekan.
ü Defense kiri dan kanan di atas ligamen
Poupart.
ü Mual dan muntah ; jadi ada gejala abdomen akut
karna terjadi perangsangan peritoneum.
ü Kadang-kadang ada tenesmi ad anum karna proses
dekat pada rektum atau sigmoid.
ü Toucher : -
nyeri kalau parsio digoyangkan
- Nyeri kiri
kanan dari uterus
- Kadang-kadang
ada penebalan dari tuba
- Tuba yang
sehat tak dapat diraba.
Harus
diketahui bahwa tekanan pada ovarium selalu menimbulkan nyeri walaupun tidak
meradang.
Terapi
:
·
Istirahat,
broad spectrum antibiotica dan corticosteroid.
·
Usus
harus kosong.
Adnexitis Kronisa
Adnexitis
kronisa terjadi :
a)
Sebagai
lanjutan dari adnexitis akut.
b) Dari permulaan sifatnya kronis seperti
adnexitis tuberculosa.
Gejala-gejala
;
ü Anamnestis telah menderita adnexitis
akut.
ü Ada nyeri di perut bagian bawah ; nyeri
ini bertambah sebelum dan sewaktu haid. Kadang-kadang nyeri dipinggang atau
waktu buang air besar.
ü Dysmenorrhoe.
ü Infertilitas
ü Menorrhagi
Diagnosa
:
Dengan
toucher dapat teraba adnex tumor.
Adnex
tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hydrosalpinx. Karena perisalpingitis
dapat terjadi perlekatan dengan alat-alat sekitarnya. LED meninggi dan biasanya
ada leko dan lymphocylosis. Salah satu bentuk yang khas adalah yang disebut salphingitis isthmica nodosa dimana
proses radang hanya nampak pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat
menyerupai myoma.
Adnexitis
pada seorang virgo harus menimbulkan kecurigaan
pada adnextis tuberculosa.
Terapi
;
Ø Antibiotika dan istirahat
Ø UKG
Ø Kalau tidak ada perbaikan
dipertimbangkan terapi operatif.
5. Parametritis
(Cellulit Pelvica)
Parametritis
adalah radang dari jaringan longgar didalam liglatum. Radang ini biasanya
unilateral.
Etiologi
:
Parametritis
dapat terjadi :
a) Dari endometritis dengan 3 cara :
-
per continuitatum : endometritis – metritis – parametritis.
-
lymphogen
-haematogen
: phlebitis – periplebitis – parametritis.
b) Dari robekan cervix.
c) Cerforasi uterus oleh alat-alat (sonde,
kuret, IUD)
Gejala-gejala
;
ü Suhu tinggi dengan demam menggigil.
ü Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan
peritonium, seperti muntah, defence, dll.
ü
Diagnosa
:
Ø Setelah beberapa lama dengan toucher
dapat diraban infiltrat yang keras yang sampai ke dinding panggul. Infiltrat
ini lebih jelas teraba dengan toucher rectal.
Ø Uterus terdesak ke pihak yang sehat.
Penyulit
:
v Parametritis akut dapat menjadi kronis
dengan eksarserbasi yang akut.
v Dapat terjadi thrombophlebitis.
Thrombophlebilitis pelvica ini dapat menimbulkan emboli.
v Dapat timbul abses dalam parametrium.
Maka timbulah demam intermittens dan infiltrat menjadi lunak dan ada fluktuasi
(pada toucher).
Abses
ini harus difungsi melalui cavum Douglasi atau diatas lig inguinale.
6.
Endometriosis
Pengertian
Endometriosis
adalah suatu penyakit di mana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar
rahim, padahal dalam
keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Endometrium
yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur) dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada
lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang
menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut
atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru. Endometriosis
yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena
menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim.
Penyebab
Penyebabnya
tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori sebagai berikut:
Sel-sel
endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba
falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di
dalam rongga panggul/perut.
2.
Teori sistem kekebalan.
3.
Teori genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor
tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Endometriosis
bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak
perempuan, saudara perempuan).
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal
(sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis
juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi tidak mampu
memisah dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi
perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus
menstruasi berikutnya.
Proses yang
berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan
perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba.
Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam
tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Selain itu, perlengketan juga
bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke
rahim.
Gejala
Jaringan endometriosis dalam ovarium menyebabkan
terbentuknya kista coklat. Akibat peradangan jaringan secara kronis, terbentuk
jaringan parut dan perlengketan organ-organ reproduksi. Sel telur sendiri
terhalang dalam jaringan parut yang tebal sehingga tidak dapat dilepaskan.
Gejala yang sering timbul:
Ø Nyeri perut bawah yang progresif dan
dekat paha yang terjadi pada dan selama haid (dismenorea), penyebab mungkin ada
hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan pada sarang endometriosis pada
waktu sebelum dan semasa haid.
Ø Nyeri ketika melakukan hubungan
seksual (dispareunia), disebabkan karena adanya endometriosis di kavum
Douglasi.
Ø Nyeri saat defekasi, khususnya pada
waktu haid. Disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding
rektosigmoid/kandung kencing.
Ø Infertilitas,
disebabkan jika mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan
jaringan di sekitarnya. Jaringan endometrium yang melekat pada
usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika
buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut
bagian bawah ketika berkemih. Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium
atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah
(endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam
yang timbul secara tiba-tiba.
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan:
·
Pemeriksaan
panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding
belakang vagina atau di daerah ovarium.
·
Laparoskopi,
merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dari
kelainan-kelainan di pelvis.
·
Biopsi
endometrium
·
Sigmoidoskopi
dan sitoskopi, dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid.
·
Transvaginal
sonography, untuk diagnosis endometrium di ovarium.
Pengobatan
1.
Pengobatan
Hormonal
Pengobatan
hormonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan
endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat
pseudo-pregnancy atau pseudo-menopause. Yang digunakan adalah :
·
Obat-obatan ini
bersifat pseudo-pregnancy atau pseudo-menopause. Yang digunakan adalah : Derivat testosteron.
Contoh obat
: Danazol , Gestrinone (Dimetriose)
Efek
samping : Penambahan berat, jerawat, suara menjadi lebih berat, pertumbuhan
rambut, aliran panas, kekeringan vagina, pembengkakan pergelangan kaki, kram
otot, perdarahan diantara menstruasi, ukuran payudara mengecil, mood
berubah-ubah, gangguan fungsi hati, gangguan metabolisme lemak, carpal tunnel
syndrome.
·
Progestogen
Contoh
obat : Medroxyprogesterone
(Provera), Norethisterone (Primolut) Dydrogesterone (Duphaston) ·
Efek
samping : Perdarahan di
antara menstruasi, mood yang berubah- ubah, depresi, vaginitis atropik GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormon)
analog
Contoh
obat : Leuprorelin (Prostap),
Goserelin (Zoladex), Nafarelin (Synarel), Buserelin (Suprecur)
Efek
samping : Aliran panas,
kekeringan vagina, kehilangan kalsium dari tulang, mood
berubah-ubah.
2.
Pembedahan
Pembedahan bisa
dilakukan secara laparoskopi atau laparatomi, tergantung luasnya invasi
endometriosis. Pada penderita dengan endometriosis yang hebat pengobatan
hormonal disertai dengan pembedahan. Seringkali sebelum pembedahan diberi
pengobatan untuk mengurangi jumlah dan ukuran jaringan endometriosis. Pada saat
pembedahan semua jaringan endometriosis yang terlihat dan dapat dijangkau harus
dihilangkan, dengan sayatan atau pun pembakaran oleh sinar laser. Setelah
pembedahan diberikan pengobatan hormon untuk mengurangi peradangan dan
membersihkan jaringan endometriosis yang tersisa.
Syarat
pembedahan
· Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang
lebih besar dari 3,8-5 cm
· Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau
panggul
· Jaringan
endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
· Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul
yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
· Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya
dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan
obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil lagi.
Pembedahan
Radikal
Pembedahan
dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di samping membersihkan jaringan
endometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan pada wanita dengan endometriosis
hebat yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan lain dan tidak lagi
mengharapkan kehamilan. Setelah dilakukan pembedahan diberikan terapi pengganti
estrogen, karena pengangkatan rahim dan ovarium menimbulkan akibat yang sama
dengan menopause. Terapi pengganti ini diberikan 4-6 bulan setelah pembedahan
agar semua jaringan endometriosis yang tersisa sudah habis dan tidak terbentuk
kembali di bawah pengaruh estrogen
C.
Pengobatan
Pelvic Inflammatory Disesase(PID) tanpa komplikasi bisa diobati dengan
antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau
penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit.antibiotik
diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral
(melalui mulut). Pemberian antibiotic ini tidak sepenuhnya mengembalikan
kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan
pada organ reproduksi wanita. Pemberian antibiotik yang tepat akan dapat
mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi wanita. Seorang wanita
yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita
infertilitas atau dapat terjadi kehamilan ektopik oleh karena kerusakan tuba
fallopii. Karena sulitnya untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ
reproduksi internal dan juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai
penyebab PID, maka PID biasannya diobati
dengan sedikitnya dua antibiotik yang memiliki efektifitas yang baik
didalam mematikan organisme penyebab tersebut. Antibiotik yang dapat digunakan
antara lain; ofloxacin, metronidazole dan doxycycline dimana pengobatannya
kurang lebih14 hari.
Jika tidak ada respon terhadap pemberian
antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita
sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani
pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya
menggunakan kondom.
Tanpa pengobatan yang tepat PID dapat
menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita. Organisme penyebab
PID dapat menginfasi tuba falopii dan menyebabkan terbentuknya jaringan parut
(scar tissue). Jaringan parut yang terbentuk ini akan menghambat pergerakan sel
telur ke uterus.dan jika tuba falopii diblok secara total, sperma tidak akan
dapat membuahi sel telur dan tidak akan terjadi kehamilan. Sekitar satu
diantara sepuluh wanita dengan PID dapat menjadi lnfertil dan kemungkinan ini
akan bertambah besar jika wanita tersebut telah sering menderita PID. Blok tuba
fallopii yang disebabkan oleh jaringan parut tersebut dapat juga terjadi secara
parsial atau mengalami kerusakan ringan saja, dimana menyebabkan sel telur yang
dibuahi oleh sel sperma akan tuumbuh didaerah tuba, sehingga menyebabkan suatu
kehamilan ektopik. Dalam perkembangannya, sebuah kkehamilan ektopik dapat
menyebabkan ruptur tuba fallopii sehingga mengakibatkan timbulnya nyeri berat,
perdarahan, bahkan kematian. Jaringan parut pada tuba fallopii dan struktur
lainnya juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang bersifat kronis. Sehingga dapat
dikatakan bahwa wanita dengan episode PID yang berulang akan lebih besar
kemungkinannya untuk menderita infertilitas, mengalami kehamilan ektopik,atau
rasa nyeri yang bersifat kronik.
D.
Pencegahan
Bidan
seharusnya menangani secara empiris saat wanita mengalami nyeri goyang
padaserviks (cervical motion tenderness, CMT) atau nyeri tekan uterus/adneksal,
tidak ada penyebab lain (missal, kehamilan ektropik, apendisitis akut), dan
aktif secara seksual. Pencegahan konsekuensi jangka panjang dikaitkan dengan
penanganan dini berdasarkan dugaan diagnosis. Apabila wanita sedang menggunakan
AKDR, AKDR tersebut harus dilepas baik pada saat memulai pengobatan anti
mikroba ataupun segera setelahnya. Uji laboratorium yang mencatat adanya
Neisseria Gonorrhoae/chlamydian trachomatis leukositosis, dan peningkatan laju
sedimentasi dapat meningkatkan kepaastian diagnosis. Wanita
dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah STDs(sexually transmitted
disease) atau segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik
untuk mencegah dengan tidak melakukan
hubungan sexual berganti pasangan atau setia pada pasangan yang telah
dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining test STDs . kondom pria yang
mengandung latex , yang dugunakan dengan benar dan berkelanjutan dapat
menurunkan resiko Chlamydia dan gonoroe . CDC(centers for disease control and
previetion) merekomendasikan pemeriksaan Chlamydia pada seluruh wanita berusia
25 tahun atau kurang yang telah aktif secara sexual ataupun kepada wanita yang
lebih tua dengan resiko menderita infeksi chlaydia serta kepada seluruh wanita
hamil .
Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau
yang abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar
siklus menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita
tersebut mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya
untuk sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs
secara lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita
STDs dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter
dan diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual
sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani
pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs. Cara terbaik
untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit
menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi
kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital
bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke
saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan
untuk mencegah berulangnya infeksi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit radang panggul adalah keadaan
terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang disebabkan berbagai
mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium parametrium, dan
peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya, secara
homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Perdangan biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke dalam
rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh bakteri yang
juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya clamidia,
gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah
siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang
semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan
menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan.
Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya,
menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal
diantara organ – organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi
2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Fakultas Kedokteran Universitas padjadjaran Bandung.
1981. Bagian Obstetri dan Ginekologi
edisi _. Bandung : Elstar Offset