-->
Notes and memorial ^_^

Rabu, 11 April 2012

Pelvic Inflamantory Disease

TUGAS KESEHATAN REPRODUKSI
“Pelvic Inflamantory Disease”
Dosen Pengampu : Bernadeta Verawati, M.Keb

 








                                                             Kelompok : 4
*     Ayu Retno Budiati                                 11150235
*     Hastuti                                                   11150236
*     Baiq Yulastri                                         11150239
*     Sri Yuliastuti                                         11150240
*     Ni Made Sri Dewi W.S                         11150241
*     Eva Lestari                                            11150242
*     Clara Harfy                                            11150247

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D-III KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan karunia dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang Pelvic Inflamantory Disease. Makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Kesehatan Reproduksi Ibu Bernadeta Verawati, M.Keb
      Penulis  ucapkan terimakasih kepada :
1.     Ibu Bernadeta Verawati, M.Keb yang telah memberikan tugas makalah ini.
2.     Teman – teman sekelompok yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
3.     Semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini
Demikian makalah yang telah penulis buat ini semoga dapat bermanfaat untuk teman – teman semua. Akhir kata sesuai dengan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak ”, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari dosen pengampu Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan pembaca.



                                                                                                            Yogyakarta, 3 Maret 2012



Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI   .................................................................................................. ii      
ISI MAKALAH……………………………………………………………....1
A.    Definisi ……………………….…………………....……………1
B.    Penyebab dan Gejala ……………………………………………1
C.    Pengobatan……………………………………………………....17
D.    Pencegahan……………………………………………………....18
PENUTUP ………………………………………………………………..…...20   
DAFTAR PUSTAKA  ………………………………......................................21




ISI MAKALAH

A.    Devinisi Pelvic Inflamantory Disease
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan rahim). Peradangan tuba falopi terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.  
Biasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis. Infeksi ini sebagian berkaitan dengan infeksi alat kelamin bagian atas (sekitar saluran indung telur, sekitar jaringan lunak rahim, infeksi indung telur). Juga berkaitan dengan infeksi jaringan sekitar panggul minor.
B.    Penyebab dan Gejala
1.     Penyebab
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam. Pelvic Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga menyebabkan penyakit menular seksual lainnya.Diantaranya adalah: C.trachomatis, N. gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae, Escherichia coli (organisme gram negatif yang enterik), Bacteroides fragilis, dan Mycoplasma genitalium. Sedangkan penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: aktinomikosis (infeksi jamur), skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis, dan penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.Pelvic Inflammatory Disesase terjadi jika mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik menuju organ reproduksi di atasnya. Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga berganti-ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID.
Hal ini dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas terkena penyakit menular seksual yang berkaitan pula dengan PID tersebut. Faktor resiko lainnya adalah berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk pembersih padahal dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk menembus barier alamiah tersebut. Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine device) juga memiliki resiko untuk menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan, terutama dalam 4 bulan setelah pemasangan IUD. Hal ini disebabkan adanya penghubung yang memudahkan kuman untuk masuk ke dalam uterus. Namun resiko ini dapat ditekan, jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan menderita penyakit menular seksual sebelumnya. Di samping itu faktor resiko lainnya adalah pada saat menstruasi. Di mana minggu pertama haid merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae. Oleh karenanya, penting diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan daerah sekitar kemaluannya.
2.     Gejala
Biasanya timbul setelah siklus menstruasi berlangsung. Merasakan sakit pada perut bagian bawah bisa semakin buruk dengan disertai mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii sehingga terjadi pembengkakan dan berisi cairan. Akibatnya dapat terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. Apabila semakin buruk maka akan terjadi abses (penimbunan nanah) yang jika pecah maka nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya semakin buruk dan penderita akan menderita shock. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
·        Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
·        Demam
·        Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam
·        Kram karena menstruasi
·        Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
·        Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
·        Nyeri punggung bagian bawah
·        Kelelahan
·        Nafsu makan berkurang
·        Sering berkemih
·        Nyeri ketika berkemih.

Kesatuan fungsional Korpus uteri antara lain Uterus, Tuba fallopii, Ovarium,
pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat disekitarnya dan peritoneum.
Radang tinggi panggul adalah radang karena naiknya infeksi yang tadinya
bersarang pada traktus geniatalis bagian bawah, yang termasuk radang tinggi panggul
antara lain :
1. Endometritis.
2. Miometritis { Metritis }.
3. Perimetritis { Pelveoperitonitis }.
4. Adneksitis { Salpingitis/Pyosalpinx, Oophoritis/Pyovarium }.
5. Parametritis { Cellulit pelvica }.

Radang tinggi panggul dapat dibagi menjadi :
a.   Radang Akut
            Disebabkan oleh :
-        Gonorroe (60 % disebabkam GO)
-        Kuman – kuman lain : streptococcus aerob maupun an aerob staphylococcus.




b. Radang Kronis : Dari radang akut , TBC
            Naiknya infeksi dipermudah :
-        Menstruasi (sering radang tinggi timbul setelah menstruasi)
-        Partus atau abortus
-        Operasi ginekologis (kuret)

  1. Cervicitis

Pengertian
Cervicitis adalah radang pada selaput lendir canalis cervikalis. Karena epitel selaput canalis cervikalis hanya terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan muda terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.

`Penyebab
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.

Gejala
1.      Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
2.      Sering menimbulkan erosi pada potio yang tampak sebagian daerah yang merah menyala.
3.      Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar dari kanalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus diingat gonorhoe.
4.      Perdarahan saat melakukan hubungan seks

Diagnosis
·  Biopsi (contoh jaringan diambil) mungkin dianjurkan jika muncul serviks yang abnormal.
·  Kolposkopi adalah suatu prosedur yang menggunakan instrumen teropong seperti untuk mendapatkan tampilan yang diperbesar dari permukaan leher rahim.
·  Papsmear

Pengobatan
1.      Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret
2.     Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan     irigasi.
3.     Cervicitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ectropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
4.     Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak .


2.               Endomentritis


Pengertian
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Endometritis terbagi menjadi:
·                 Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
Endometritis sinsitial(peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak)

Penyebab
1.      Faktor Mikroorganisme
Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum. Biasanya muncul dari infeksi yang ditemukan dalam flora normal vagina pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
2.      Faktor Mayor
Faktor risiko termasuk kelahiran sesar, pecah membran lama, tenaga kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina, ekstrem umur pasien, dan status sosial ekonomi rendah. 


3.      Faktor Minor
 Faktor risiko yang berkontribusi termasuk ibu anemia, janin pemantauan internal yang berkepanjangan, operasi lama, dan anestesi umum.

Gejala
Lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan, dan rahim membesar karena tertimbun cairan. Pengaruh endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan sedangkan dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena terjadi perubahan saluran reproduksi.

Diagnosis
Diagnosis endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan,
·                 Pemeriksaan rektal
Pada palpasi perrektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
·                 Pemeriksaan vaginal
Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim
·                 Biopsi.
Diagnosis biasanya didasarkan pada temuan klinis:
·                 Demam, Biasanya terjadi dalam 36 jam setelah melahirkan, pada populasi obstetri
·                 Lokhia berbau busuk
·                 Abnormal pendarahan vagina
·                 Dispareunia (mungkin hadir pada pasien dengan penyakit panggul [inflamasi PID])
·                 Disuria (mungkin hadir pada pasien dengan PID)

Pengobatan
Terapi endometritis, dapat dilakukan melalui :
·                 Pemberian antibiotik sistemik
·                 Pemberian hormonestrogen untuk menginduksi respon rahim
·                 Injeksi prostaglandin untuk menginduksi estrus.
Pengobatan yang direkomendasikan untuk endometritis yang agak berat adalah
·                 Memperbaiki vaskularisasi dengan mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik ringan seperti lugol dengan konsentrasi yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3 hari.
·                 Antibiotik diberikan secara intra uterin dan intra muskular. 

3. Miometritis
            Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lamjutan dari endometritis, maka gejala-gjala dan terapinya seperti endometritis. Diagnosa hanya dapat dibuat secara patolog-anatomis.

4.     Salpingitis akut
 
            Salpingitis menjalar ke ovarium hingga juga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adnexitis.
Etiologi :
            Paling sering disebabkan oleh ghonococcus , disamping itu oleh staphylococcus, streptococcus, dan bac tbc.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
a)     Naik dari cavum uteri
b)      Menjalar dari alat yang berdekatan seperti apendiks yang meradang.
c)     Haematogen terutama salpingitis tuberculosa.
Salpingitis biasanya bilateral.
Gejala-gejala :
ü  Demam tinggi dengan menggigil, pasien sakit keras.
ü   Nyeri kiri kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan.
ü   Defense kiri dan kanan di atas ligamen Poupart.
ü   Mual dan muntah ; jadi ada gejala abdomen akut karna terjadi perangsangan peritoneum.
ü   Kadang-kadang ada tenesmi ad anum karna proses dekat pada rektum atau sigmoid.
ü   Toucher :   - nyeri kalau parsio digoyangkan
                                - Nyeri kiri kanan dari uterus
                                - Kadang-kadang ada penebalan dari tuba
                                - Tuba yang sehat tak dapat diraba.
Harus diketahui bahwa tekanan pada ovarium selalu menimbulkan nyeri walaupun tidak meradang.
Terapi :
·       Istirahat, broad spectrum antibiotica dan corticosteroid.
·       Usus harus kosong.

Adnexitis Kronisa
Adnexitis kronisa terjadi :
a)        Sebagai lanjutan dari adnexitis akut.
b)       Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa.

Gejala-gejala ;
ü  Anamnestis telah menderita adnexitis akut.
ü  Ada nyeri di perut bagian bawah ; nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu haid. Kadang-kadang nyeri dipinggang atau waktu buang air besar.
ü  Dysmenorrhoe.
ü  Infertilitas
ü  Menorrhagi

Diagnosa :
Dengan toucher dapat teraba adnex tumor.
Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hydrosalpinx. Karena perisalpingitis dapat terjadi perlekatan dengan alat-alat sekitarnya. LED meninggi dan biasanya ada leko dan lymphocylosis. Salah satu bentuk yang khas adalah yang disebut salphingitis isthmica nodosa dimana proses radang hanya nampak pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma.
Adnexitis pada seorang virgo harus menimbulkan kecurigaan pada adnextis tuberculosa.

Terapi ;
Ø  Antibiotika dan istirahat
Ø   UKG
Ø  Kalau tidak ada perbaikan dipertimbangkan terapi operatif.


5. Parametritis (Cellulit Pelvica)
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar didalam liglatum. Radang ini biasanya unilateral.

Etiologi :
Parametritis dapat terjadi :
a)     Dari endometritis dengan 3 cara :
- per continuitatum : endometritis – metritis – parametritis.
- lymphogen
-haematogen : phlebitis – periplebitis – parametritis.
b)     Dari robekan cervix.
c)     Cerforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD)

Gejala-gejala ;
ü  Suhu tinggi dengan demam menggigil.
ü  Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritonium, seperti muntah, defence, dll.
ü   
Diagnosa :
Ø  Setelah beberapa lama dengan toucher dapat diraban infiltrat yang keras yang sampai ke dinding panggul. Infiltrat ini lebih jelas teraba dengan toucher rectal.
Ø  Uterus terdesak ke pihak yang sehat.

Penyulit :
v Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksarserbasi yang akut.
v Dapat terjadi thrombophlebitis. Thrombophlebilitis pelvica ini dapat menimbulkan emboli.
v Dapat timbul abses dalam parametrium. Maka timbulah demam intermittens dan infiltrat menjadi lunak dan ada fluktuasi (pada toucher).
Abses ini harus difungsi melalui cavum Douglasi atau diatas lig inguinale.
6.     Endometriosis

Pengertian
Endometriosis adalah suatu penyakit di mana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Endometrium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur) dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru. Endometriosis yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim.

Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori sebagai berikut:
1.      Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur).
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
2.      Teori sistem kekebalan.
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim. 
3.      Teori genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan).
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi tidak mampu memisah dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya.
Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim.
 Gejala
Jaringan endometriosis dalam ovarium menyebabkan terbentuknya kista coklat. Akibat peradangan jaringan secara kronis, terbentuk jaringan parut dan perlengketan organ-organ reproduksi. Sel telur sendiri terhalang dalam jaringan parut yang tebal sehingga tidak dapat dilepaskan. Gejala yang sering timbul:
Ø    Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid (dismenorea), penyebab mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan pada sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid.
Ø    Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (dispareunia), disebabkan karena adanya endometriosis di kavum Douglasi.
Ø    Nyeri saat defekasi, khususnya pada waktu haid. Disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid/kandung kencing.
Ø    Infertilitas, disebabkan jika mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih. Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.


Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
·                 Pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium.
·                 Laparoskopi, merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis.
·                 Biopsi endometrium
·                 Sigmoidoskopi dan sitoskopi, dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid.
·                 Transvaginal sonography, untuk diagnosis endometrium di ovarium.

    
Pengobatan
1.               Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnancy atau pseudo-menopause. Yang digunakan adalah : 
·                 Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnancy atau pseudo-menopause. Yang digunakan adalah : Derivat testosteron.
Contoh obat      :   Danazol , Gestrinone (Dimetriose)
Efek samping : Penambahan berat, jerawat, suara menjadi lebih berat, pertumbuhan rambut, aliran panas, kekeringan vagina, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara menstruasi, ukuran payudara mengecil, mood berubah-ubah, gangguan fungsi hati, gangguan metabolisme lemak, carpal tunnel syndrome.
·                      Progestogen
Contoh obat       : Medroxyprogesterone (Provera), Norethisterone (Primolut) Dydrogesterone (Duphaston) ·
Efek samping     : Perdarahan di antara menstruasi, mood yang berubah- ubah, depresi, vaginitis atropik GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormon) analog
Contoh obat       : Leuprorelin (Prostap), Goserelin (Zoladex), Nafarelin (Synarel), Buserelin (Suprecur)
Efek samping     : Aliran panas, kekeringan vagina, kehilangan kalsium dari tulang, mood
                              berubah-ubah.
2.               Pembedahan
Pembedahan bisa dilakukan secara laparoskopi atau laparatomi, tergantung luasnya invasi endometriosis. Pada penderita dengan endometriosis yang hebat pengobatan hormonal disertai dengan pembedahan. Seringkali sebelum pembedahan diberi pengobatan untuk mengurangi jumlah dan ukuran jaringan endometriosis. Pada saat pembedahan semua jaringan endometriosis yang terlihat dan dapat dijangkau harus dihilangkan, dengan sayatan atau pun pembakaran oleh sinar laser. Setelah pembedahan diberikan pengobatan hormon untuk mengurangi peradangan dan membersihkan jaringan endometriosis yang tersisa.
Syarat pembedahan
·       Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari 3,8-5 cm
·       Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul
·       Jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
·       Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
·       Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil lagi.

Pembedahan Radikal
Pembedahan dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di samping membersihkan jaringan endometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan pada wanita dengan endometriosis hebat yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan lain dan tidak lagi mengharapkan kehamilan. Setelah dilakukan pembedahan diberikan terapi pengganti estrogen, karena pengangkatan rahim dan ovarium menimbulkan akibat yang sama dengan menopause. Terapi pengganti ini diberikan 4-6 bulan setelah pembedahan agar semua jaringan endometriosis yang tersisa sudah habis dan tidak terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen

C.    Pengobatan

Pelvic Inflammatory Disesase(PID)  tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit.antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut). Pemberian antibiotic ini tidak sepenuhnya mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan  pada organ reproduksi wanita. Pemberian antibiotik yang tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii. Karena sulitnya untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi internal dan juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID biasannya diobati  dengan sedikitnya dua antibiotik yang memiliki efektifitas yang baik didalam mematikan organisme penyebab tersebut. Antibiotik yang dapat digunakan antara lain; ofloxacin, metronidazole dan doxycycline dimana pengobatannya kurang lebih14 hari.
Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.
Tanpa pengobatan yang tepat PID dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita. Organisme penyebab PID dapat menginfasi tuba falopii dan menyebabkan terbentuknya jaringan parut (scar tissue). Jaringan parut yang terbentuk ini akan menghambat pergerakan sel telur ke uterus.dan jika tuba falopii diblok secara total, sperma tidak akan dapat membuahi sel telur dan tidak akan terjadi kehamilan. Sekitar satu diantara sepuluh wanita dengan PID dapat menjadi lnfertil dan kemungkinan ini akan bertambah besar jika wanita tersebut telah sering menderita PID. Blok tuba fallopii yang disebabkan oleh jaringan parut tersebut dapat juga terjadi secara parsial atau mengalami kerusakan ringan saja, dimana menyebabkan sel telur yang dibuahi oleh sel sperma akan tuumbuh didaerah tuba, sehingga menyebabkan suatu kehamilan ektopik. Dalam perkembangannya, sebuah kkehamilan ektopik dapat menyebabkan ruptur tuba fallopii sehingga mengakibatkan timbulnya nyeri berat, perdarahan, bahkan kematian. Jaringan parut pada tuba fallopii dan struktur lainnya juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang bersifat kronis. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita dengan episode PID yang berulang akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita infertilitas, mengalami kehamilan ektopik,atau rasa nyeri yang  bersifat kronik.

D.    Pencegahan
Bidan seharusnya menangani secara empiris saat wanita mengalami nyeri goyang padaserviks (cervical motion tenderness, CMT) atau nyeri tekan uterus/adneksal, tidak ada penyebab lain (missal, kehamilan ektropik, apendisitis akut), dan aktif secara seksual. Pencegahan konsekuensi jangka panjang dikaitkan dengan penanganan dini berdasarkan dugaan diagnosis. Apabila wanita sedang menggunakan AKDR, AKDR tersebut harus dilepas baik pada saat memulai pengobatan anti mikroba ataupun segera setelahnya. Uji laboratorium yang mencatat adanya Neisseria Gonorrhoae/chlamydian trachomatis leukositosis, dan peningkatan laju sedimentasi dapat meningkatkan kepaastian diagnosis. Wanita dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah STDs(sexually transmitted disease) atau segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah  dengan tidak melakukan hubungan sexual berganti pasangan atau setia pada pasangan yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining test STDs . kondom pria yang mengandung latex , yang dugunakan dengan benar dan berkelanjutan dapat menurunkan resiko Chlamydia dan gonoroe . CDC(centers for disease control and previetion) merekomendasikan pemeriksaan Chlamydia pada seluruh wanita berusia 25 tahun atau kurang yang telah aktif secara sexual ataupun kepada wanita yang lebih tua dengan resiko menderita infeksi chlaydia serta kepada seluruh wanita hamil . Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs. Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.

PENUTUP


  KESIMPULAN
Penyakit radang panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya, secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Perdangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya clamidia, gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
  

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Fakultas Kedokteran Universitas padjadjaran Bandung. 1981. Bagian Obstetri dan Ginekologi edisi _. Bandung : Elstar Offset
 http://artikelindonesia.com/penyembuhan-endometriosis.html
http://medicastore.com/penyakit/102/Endometriosis.html
 http://en.wikipedia.org/wiki/Cervicitis
http://www.emedicinehealth.com/cervicitis/page10_em.html



Diposting oleh Unknown di 23.30
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Kesehatan Reproduksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

My Self ^^

Unknown
Lihat profil lengkapku

About

Welcome to my blog Blog ini kebanyakan berisi tentang ilmu kebidanan Semoga dapat bermanfaat... enjoy to my blog :)

Categories

Asuhan Kebidanan I (1) Asuhan Kebidanan II (1) Asuhan Kebidanan IV (10) Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita (4) Bahasa Indonesia (1) Biokimia (1) Biologi Reproduksi (1) Epidemiologi (1) Ilmu Kesehatan Masyarakat (2) Kesehatan Reproduksi (1) Komputer (2) Konsep Kebidanan (2) Mutu Pelayanan Kebidanan (1) Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kebidanan (2) Penjaskes (1) Promosi Kesehatan (3)

Search

Arsip Blog

  • ►  2014 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (21)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2012 (7)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ▼  April (1)
      • Pelvic Inflamantory Disease
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2010 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)

Widget-Animasi-Blog

Follow My Fanspage ^^

Daftar Isi

Follower

Diberdayakan oleh Blogger.