MAKALAH
PROMOSI KESEHATAN
“Upaya Promkes dalam
Pelayanan Kebidanan Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitativ”
Kelompok : 3
1.
Rachmah Utami Pangestika (11150226)
2.
Baiq Yulastri (11150239)
3.
Sri Yuliastuti (11150240)
4.
Ni Made Sri Dewi W.S (11150241)
PRODI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga makalah
Promosi Kesehatan ini yang berjudul “Upaya Promkes dalam Pelayanan Kebidanan
Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitativ” dapat selesai dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Promosi Kesehatan, dimana
sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan guna menunjang keakuratan
materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.
Semoga makalah
ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir kata penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Yogyakarta, November 2012
Penyusun
PEMBAHASAN
11.
Pengertian
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Promosi Kesehatan (
Health Promotion ) adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Agar promosi kesehatan dapat
berjalan secara sistematis, terarah dan terencana sesuai konsep promosi
kesehatan bahwa individu dan masyarakat bukan hanya sebagai objek/sasaran yang
pasif menunggu tetapi juga sebagai pelaku maka perlu pengelolaan program
promosi kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan,
pemantauan dan penilaian. Dan agar promosi kesehatan berjalan secara efektif
dan efesien maka pesan harus sesuai
dengan karakteristik serta kebutuhan / masalah sasaran. Sasaran utama promosi
kesehatan adalah masyarakat khususnya perilaku masyarakat. Karena terbatasnya
sumber daya, akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan
langsung dialamatkan kepada masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan
pentahapan sasaran promosi kesehatan.
Sedangkan pelayanan kesehatan
menurut Prof. DR. Soekidjo Notoadmojo adalah sub system pelayan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah preventif (prncegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) palayanan
kesehatan adalah uapaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan
menyambuhakan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, atau masyarakat.
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif ( pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi
(pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat,
lingkungan.
2. Ruang
Lingkup
v Ruang lingkup promosi kesehatan
berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara garis besar terdapat 2 jenis
pelayanan kesehatan yaitu :
Pelayanan
preventif dan promotif
Pelayanan preventif dan promotif adalah pelayanan bagi
kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan
meningkat status kesehatannya. Pada dasarnya pelayann ini dilakukan oleh
kelompok profesi kesehatan masyarakat.
Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan
sampai terkena penyakit atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat,
Misalnya yang paling sederhana melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah
buang air besar akan mencegah terjadinya penyakit diare. sedangkan promotif (peningkatan) adalah
meningkatkan agar status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya
pemberian inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu
meningkatkan kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi yang
terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit.
Pelayanan
kuratif dan rehabilitative
Pelayanan kuratif dan rehabilitative adalah pelayanan
kesehatan masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakit dan
menjadi pulih kesehatannya. Pada prinsipnya pelayanan jenis ini dilakukan
kelompok profesi kedokteran.
Kuratif (pengobatan) digunakan untuk
orang-orang sakit atau dengan kata yang lebih mudahnya kuratif adalah nama lain
dari proses menyembuhkan seseorang dari keadaan sakit secara fisik dan psikis.
Misalnya balita yang menderita pneumonia
tentu membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan mengganggu tumbuh
kembang balita tersebut ; Balita tidak suka makan yang mungkin berakibat pada
penurunan status gizi balita. Sedangkan rehabilitatif (pemulihan) adalah proses
menjaga agar seorang yang sudah sembuh (belum 100% sembuh) kembali bugar
seperti semula. Misalnya untuk balita sakit pneumonia membutuhkan asupan gizi
yang adekuat terutama protein untuk proses penyembuhan serta pemulihan dari penyakitnya. Balita yang sering sakit akan mengalami
hambatan dalam tumbuh kembangnya.
Aspek kuratif dan rehabilitatif lebih mudah untuk
diterapkan (terutama pada orang sakit yang tidak memiliki banyak pilihan).
Kebanyakan orang kalau sudah menderita sakit akan patuh pada aturan yang
disampaikan oleh petugas kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, dll).
Hasil dari pelayanan kuratif dan
preventif juga lebih cepat dirasakan oleh klien apabila mentaati semua
nasehat termasuk tindakan medis, dan perawatan yang diberikan. Sedangkan aspek preventif dan promotif lebih
sukar untuk diterapkan karena hasil yang didapat bersifat long term (jangka panjang) sehingga tidak bisa langsung diambil
manfaatnya dan biasanya orang-orang lebih senang untuk melihat hasil yang
cepat. Misalnya pasien malaria akan mudah dinasehati apabila dia menderita
malaria daripada pada saat dia sehat.
v Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek
Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek
pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli
lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
a. Promosi kesehatan pada aspek
promotif.
b. Promosi kesehatan pada aspek pencegahan
dan penyembuhan
1)
Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
2)
Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)
3)
Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention)
A.
Upaya Promotif.
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan
untuk meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah
kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya. Dalam suatu survey di negara-negara berkembang, dalam
suatu populasi hanya terdapat antara 80%-85% orang yang benar-benar sehat.
Apabila kelompok ini tidak
memperoleh promosi kesehatan bagaimana memelihara kesehatan,maka kelompok ini
akan menurun jumlahnya, dan kelompok orang yang sakit akan meningkat.
Upaya
kesehatan dalam pelayanan kebidanan secara promotif sangat penting
untuk mengurangi AKI, AKA dan AKB. Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil
merupakan upaya kesehatan yang pari purna dan berkesinambungan melalui upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), dimulai sejak awal
kehamilan sampai dekat persalinan,deteruskan oleh upaya penyembuhan (kuratif)
sebagai pertolongan persalinan yang memadai sesuai dengan tingkat risikonya,
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dengan masa nifas, laktasi / pemberian
ASI dan Keluarga Berencana (KB). Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan
berbasis keluarga, sejak awal kepada suami dan keluarga perlu diberikan
informasi mengenai kondisi ibu hamil. Lingkup promosi kesehatan dalam praktek
kebidanan menurut sasarannya :
1. Bayi.
2. Anak balita
3. Remaja
4. Ibu hamil
5. Ibu bersalin
6. Ibu nifas
7. Ibu menyusui
8. PUS/WUS
9. Klimakterium/ menopause.
Upaya
promotif dalam praktek kebidanan pada ibu hamil adalah dengan mencegah adanya
anemia dalam kehamilan melalui penyuluhan-penyuluhan dan kegiatan-kegiatan
lain. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam
kehamilan maupun persalinan. Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia
seperti abortus, partus prematurus, syok, dan lain-lain. Karena itulah usaha
promotif dalam peningkatan gizi ibu hamil sangat dipentingkan untuk mengurangi
angka kehamilan dengan anemia untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Adapaun usaha promotifnya adalah dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
tentang pencegahan anemi dengan perbaikan gizi yaitu dengan menjelaskan dan
menginformasikan mengenai pola nutrisi yang baik bagi ibu hamil untuk menunjang
kesehatan ibu dan pertumbuhan janin yang baik.
Upaya
promotif dalam praktek kebidanan pada ibu untuk anak tentang pemberian imunisasi,
yaitu menjelaskan mengenai keuntungan-keuntungan yang didapat setelah pemberian
imunisasi, serta bahaya apabila imunisasi tersebut tidak diberikan. Selain itu
juga menjelaskan mengenai gizi seimbang yang baik untuk diberikan kepada anak
guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal serta menghindari terjadinya
gizi buruk pada anak. Pentingnya usaha pelayanan kebidanan promotif bagi bayi
dan anak dengan berbagai upaya dengan penyuluhan, ataupun kegiatan promotif
lainnya agar angka gizi buruk dapat terus berkurang agar pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat berlangsung dengan baik. Adapun bentuk usaha
promotifnya adalah dapat berupa berbagai penyuluhan ataupun kegiatan lainnya
yang biasa dilakukan di posyandu-posyandu bayi dan balita.
Contoh upaya promotif yang dilakukan dalam pelayanan
kebidanan:
¶ Melakukan
penyuluhan untuk memberikan informasi pada ibu tentang pemenuhan dan
peningkatan gizi bayi dan balita pada usianya.
¶ Memberikan
informasi tentang imunisasi pada ibu-ibu yang memiliki bayi, informasi tersebut
meliputi manfaat, efek samping, jenis-jenis imunisasi dan akiba jika tidak
dilakukan imunisasi pada bayi
¶ Melakukan
penyuluhan untuk memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang balita
pada ibu-ibu yang memiliki balita.
¶ Pemeriksaan
kesehatan reproduksi pada usia pranikah untuk mengetahui keadaan organ
reproduksinya.
¶ Penyuluhan
tentang kesehatan ibu hamil.
¶ Penyuluhan
tentang gizi pada ibu hamil karena selama kehamilan ibu mengalami peningkatan
kebutuhan gizi dan ibu harus memenuhi gizi tersebut.
¶ Pemberian
informasi tentang tanda bahaya dalam kehamilan pada ibu hamil agar ibu hamil
segera memeriksakan diri jika mengalami salah satu tanda tersebut.
¶ Memberikan
informasi tentang perawatan payudara pada ibu hamil sebagai persiapan untuk masa
laktasi nantinya
¶ Memberikan
informasi tentang persalinan dan
kebutuhan selama persalinan
¶ Memberikan
informasi tentang kebutuhan nifas
seperti kebutuhan gizi, kebutuhan hygiene, perawatan bayi, dan lain-lain
¶ Memberikan
informasi tentang diet yang tepat pada
masa lansia
¶ Memberikan
informasi tentang menopause pada lansia
¶ Memberikan
informasi tentang pentingnya olahraga dan istirahat yang cukup pada masa lansia
¶ Memberikan promosi kesehatan
mengenai pemberian ASI eklusif pada ibu yang baru melahirkan.
B. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya promosi
kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit. Bentuk kegiatannya adalah
imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal.
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang
berisiko tinggi (high risk), misalnya
kelompok ibu hamil dan menyusui,BBL, para perokok, obesitas (orang-orang
kegemukan), para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya
promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau
terkena penyakit (primary prevention). Upaya preventif adalah sebuah
usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang
artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi
sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirjo dan Latipun, 2005 : 145
).
Contoh upaya
preventif yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan:
Ö Imunisasi
terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
Ö Pemeriksaan
kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja, Lansia,dll ) melalui
posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
Ö Posyandu
untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita
Ö Pemberian
Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah
Ö Pemeriksaan
dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
Ö Pemberian
tablet Fe pada ibu hamil dan remaja agar terhindar dari anemia
Ö Mobilisasi
tubuh pada ibu hamil untuk mengatasi kekakuan dan melancarkan sirkulasi ibu
Ö Pencegahan
terjadinya komplikasi pada saat persalinan
Ö Pencegahan
komplikasi pada saat nifas
Ö Pemeriksaan
secara rutin dan berkala pada lansia
C.
Upaya Kuratif
Upaya kuratif dalah upaya promosi
kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan.
Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis sperti
asma, DM, TBC, rematik, hipertensi dan sebagainya. Tujuannya kelompok ini mampu
mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk
kegiatannya adalah pengobatan.
Upaya kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada
umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, perawat,
bidan, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Upaya kuratif
cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu
masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di
Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada
masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit. Upaya kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial,
padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat
antara aspek satu dengan yang lainnya.
Program kesehatan yang menekankan
upaya kuratif adalah “Health program for
survival”. Upaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan melalui kuratif.
Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah
mengalami gangguan kesehatan
Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. Terapi PAK dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis.
Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. Terapi PAK dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis.
a.
Bayi
v Mandiri:
Ø
Pemberian vitamin K
Ø Obat
tetes mata.
v Kolaborasi:
Ø
Pengobatan pada kasus asfiksia berat
Ø
Pengobatan mata pada kasus bayi dengan ibu yang menderita gonore
Ø
Pengobatan pada kasus perdarahan intracranial
Ø
Pengobatan path kasus hipoglikemia
Ø Pengobatan Dada penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti ISPA. diare
dll.
Contoh: Pada kasus bayi yang menderita gonoblenorhoe (ibu menderita
gonore) dilakukan kolaborasi untuk pemberian terapi pengobatan antibiotika.
b. Balita
v Mandiri:
Ø Pengobatan diare tanpa
dehidrasi.
Ø Balita dengan kasus BGM.
v Kolaborasi:
Ø Pengobatan path kasus ISPA
Ø Pengobatan Dada kasus cacmgan
Ø Pengobatan pada kasus gizi buruk
Ø Pengobatan pada
penyakit-penyakit mfeksi lainnya.
Contoh : Pada
kasus diare dengan dehidrasi, selain rehidrasi, pemenuhan nutrisi dilakukan
kolaborasi untuk pemberian therapi obat antibiotika.
c. Remaja
v Mandiri:
Ø Pengobatan path kasus
dismenorhoe
Ø Pengobatan ~ada kasus anemia
ringan.
Ø Pada remaja korban perkosaan
dengan ruftur pada serviks atau mukosa
Ø vagina dilakukan tindakan
hecting.
v Kolaborasi:
Ø Pengobatan path kasus anemia berat.
Ø Pengobatan pada kasus plour
arbus
Contoh : Pada
kasus dismenorhoe dilakukan kolaborasi untuk pemberian therapi hormonal.
d. PUS/WUS
v Mandiri:
Ø Pengobatan pada efek samping
alat kontrasepsi
v Kolaborasi:
Ø Pengobatan pada kasus Penyakit
Menular Seksual
Ø Pengobatan pada kasus radang
panggul ( PRP)
Contoh :
Pada kasus radang panggul dilakukan kolaborasi untuk pemberian terapi obat
antibiotika dan symptomatic.
e. Ibu hamil
v Mandiri:
Ø Pengobatan pada kasus
hiperemesis tmgkat I dan tmgkat II.
Ø Pengobatan pada kasus anemia
ringan.
v Kolaborasi:
Ø Pengobatan pada kasus
hiperemesis tmgkat Ill.
Ø Pengobatan path abortus
inleksiousus
Ø Pengobatan pada kasus anemia
berat.
Ø Pengobatan pada kasus APB
Ø
Pengobatan pada kehamilan dengan penyakit yang menyertai seperti jantung DM dll
Contoh : Pada kasus ibu hamil
dengan anemia ringan diberikan obat tambah darah (Fe) dan nutrisi yang adekuat.
f. Ibu
Bersalin
v Mandiri:
Ø Manajemen Aktif Kala Ill
Ø Pengobatan path kasus atonia
uteri.
Ø Ibu
bersalin dengan ruftur pada servikslmukosa vagina/perineum dilakukan
tindakan hecting.
v Kolaborasi:
Ø Pengobatan pada kasus inersia
uteri
Ø Pengobatan path kasus perdarahan
( HPP primer).
Contoh : Pada Manajemen Aktif Kala
III diberikan injeksi oksitosin 10 U.
g. Ibu Nifas
v Mandiri:
Ø Pengobatan pada sub involusi
v Kolaborasi:
Ø Pengobatan pada mastitis
Ø Pengobatan pada HPP sekunder
Ø Pengobatan pada kasus vaginitis
Ø Pengobatan path kasus abses
payudara
Contoh :
Pada mastitis selain perawatan yang adekuat, dilakukan kolaborasi untuk pemberian
therapi obat antibiotika (Kloksasillin atau Eritromysin).
h. KlimakteriumlMenopause
Kolaborasi:
Ø Terafi Sulih Hormon (TSH)
Contoh upaya kuratif dalam pelayanan kebidanan:
- Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
- Perawatan payudara yang mengalami masalah, seperti : mastitis dan bendungan ASI
- Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir
- Perawatan bayi, balita dan anak sakit dirumah
- Pemberian vitamin E yang merupakan upaya pengobatan penyakit tertentu
- Pemeriksaan dan pengobatan yang tepat pada ibuhamil yang sakit
- Melakukan rujukan bila diperlukan
- Penatalaksanan dini terhadap komplikasi dalam kehamilan, misalnya pada ibu hamil dengan anemia bidan dapat memberikan tablet Fe sebagai penatalaksanaan dininya.
- Pengobatan pada ibu nifas yang mengalami komplikasi seperti pengobtan ibu nifas yang mengalami infeksi.
D. Upaya Rehabilitatif
Upaya
Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan
kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh
dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary
prevention).
Contoh
upaya rehabilitatif dalam kebidanan:
° Pemuliahan
keadaan pasca sakit pada bayi dan balita
° Latihan
fisik yang tepat, teratur dan rutin pada remaja pasca sakit sebagai usaha
pemeliharaan kesehatan
° Istirahat
yang cukup dan pengaturan diet yang tepat pada ibu hamil pasca sakit
° Mobilisasi
dini pada ibu pasca bersalin sebagai pemulihan dengan cara ibu dapat mengubah
posisi dan berjalan-jalan sekurang-kurangnya 6 jam setelah
melahirkan
° Latihan
fisik pada ibu pasca bersalin, seperti melakukan senam nifas atau senam kegel
untuk membantu pemulihan alat kandungan ibu setelah melahirkan
° Pemenuhan
gizi pada ibu nifas
v Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pencegahan penyakit dalam 5
tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.
Leavell dan clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the doctor in his
community”
Usaha-usaha
pencegahan itu adalah :
a. Masa
Sebelum Sakit
1. Mempertinggi nilai kesehatan (Health
promotion)
- Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection).
b. Pada Masa Sakit
1. Mengenal dan mengetahui jenis pada
tingkat awal,serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera. (Early
diagnosis and treatment).
2. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability
limitation).
3. Rehabilitasi (Rehabilitation).
a. Masa Sebelum
Sakit ( Prepatogenesis)
1)
Promosi Kesehatan ( Health Promotion)
Tingkat
pencegahan yang pertama, yaitu promotion of health oleh para ahli kesehatan
masyarakat di Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan, bukan
promosi kesehatan, hal ini dikarenakan makna yang terkangdung dalam istilah
promotion of health disini adalah meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu
melalui asupan gizi seimbang, olahraga teratur, dan lain sebagainya agar orang
tersebut tetap sehat, tidak terserang penyakit.
Namun
demikian,bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada hubungannya dengan
promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya tengtan promotion of
health menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi dan lain-lain, peningkatan
kesehatan juga dapat di lakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health
education)kepada individu dan masyarakat.
Usaha ini
merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Menurut
Machfoedz Ircham dalam bukunya Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan, usaha untuk memepertinggi nilai kesehatan diantaranya :
a) Penyediaan makanan sehat cukup
kualitas maupun kuantitas
b) Perbaikan Hyegiene dan Sanitasi Lingkungan
c) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
d) Pendididkan kesehatan pada masyrakat
Peran bidan
dalam promosi kesehatan ( health
promotion ) :
Memberikan
penyuluhan kepada individu dan masyrakat tentang asupan makanan yang bergizi.
Melakukan
penyuluhan dan usaha perbaikan sanitasi lingkungan dengan mengikutsertakan
tokoh masyrakat dan masyarakat di dalam kegitan tersebut.
Memberikan
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Pengertian dari pelayanan kesehatan maskimal menurut Supariyasa (2010) adalah
pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang meliputi aspek promotif (pendidikan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (pengobtan), dan rehabilitatif (perawatan) dengan
berdasarkan pada UU no. 44 pasal 1 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Memberikan
pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat.
2)
Perlindungan Khusus ( Spesific protection)
Pada tingkat ini
pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,
misalnya tentang:
a) Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus
b) Penggunanan kondom untuk
mencegah penyakit HIV/AIDS.
c) Perlindungan kecelakaan
baik di tempat umum maupun ditempat kerja.
d) Perlindungan terhadap
korban penganiyaan, pelecehan seksual dan diskriminasi terhadap hak reproduksi
wanita, tindakan kekerasan pada anak dan maupun wanita.
Peran
bidan dalam usaha perlindungan khusus ( Spesific
Protection) :
Memberikan
imunisasi kepada bayi dan balita serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pentingnya pemberian imunisasi.
Memberikan
penyuluhan penggunaan alat kontrasepsi serta kondom untuk perlindungan dari
penyakit menular seksual.
b. Masa Saat
Sakit ( Patogenesis )
1. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera
( Early diagnosis and prompt treatment)
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a) Pengobatan yang setepat-tepatnya
dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna
b) Pencegahan penularan kepada orang
lain, bila penyakitnya menular
c) Mencegah terjadinya kecacatan yang
diakibatkan oleh suatu penyakit.
Beberapa usaha diantaranya :
a) Case Finding
Yaitu
menacari penderita dimasyarakat dengan jalan pemeriksaan, misalnya pemeriksan
laboratorium, pemeriksaan pap smear, dan sebagainya serta memberikan
pengobatan.
b) Contact tracing
Mencari
semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular dan
penyakit infeksi untuk diawasi bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan, misalnya pada wanita yang menderita penyakit menular seksual
seperti gonorhoe, sipilis, hepatitis B, HIV/AIDS dan sebagainya, pasangan
diperiksa dan diberi pengobatan agar penyakitnya tersebut dapat sembuh.
c) Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat
agar dapat mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari
pengobatan.
Masyarakat
perlu mengtahui dan menyadari bahaya penyakit kelamin untuk dirinya, keluarga
dan keturunannya. Agar mereka menyadari penularan penyakit kelamin tersebut,
maka mereka yang telah berbuat segera memeriksakan dirinya untuk segera untuk
diobati.
Masyarakat
perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha pengobatan tidak hanya
tergantung pada baiknya obat serta keahlian tenaga kesehatan, melainkan juga
tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang lamabat akan
meneybabkan usaha peneymbuhan lebih sulit bahakan mungkin tidak dapat sembuh
lagi misalnya pengobatan kanker yang terlambat (Suryati, dkk. 2009)
Peran bidan
dalam usaha diagnosis dini dan pengobatan segera ( Early Diagnosis and Promotif Treatment) :
Melaksanakan
program pemeriksaan gratis di wilayah desa dengan mengikutsertakan tokoh
masyrakat dan tenaga kesehatan lainnya.
Memberikan
penyuluhan pentingnya dilakukan
diagnosis dini
Melaksanakan
program pemeriksaan papsmear, IVA
Memberikan
pelatihan pada masyarakat khusunya wanita dalam melakukan pemeriksaan SADARI
Segera
melakukan rujukan atau kolaborasi apabila menemui penderita yang mengalami penyakit
berbahaya atau komplikasi
2. Disability Limitation (pembatasan
kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang
diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit)
Usaha ini merupakan lanjutan dari
usaha Early diagnosis And Promotif
Treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempuran agar
penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi). Bila
sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah
berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal
mungkin.
Beberapa usaha diantaranya :
a) Pencegahan
terhadap komplikasi dan kecacatan.
b) Pengadaan
dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan pemeriksaan lanjut yang
lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya
agar penderita dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada komplikasi
lanjut.
Peran
bidan dalam usaha disability limitation
:
Memberikan
pengobatan dan perawatan agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
Melakukan pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
Melakukan
perbaikan fasilitas kesehatan dengan mengikutsertakan masyrakat sebagai
penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
3.
Rehabilitasi
(Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
a) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas
penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal - maksimalnya. Misalnya,
seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi
dari kaki yang patah ini yaitu dengan mempergunakan kaki buatan yang fungsinya
sama dengan kaki yang sesungguhnya.
b) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas
penderita dapat menyesuikan diri dalan hubungan perorangan dan social secara
memuaskan. Seringkali dengna bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul
pula kelainan-kelaianan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita
perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
c) Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas
penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas
kerja yang semaksimal - maksimalny sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya.
d) Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya
itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu.(Suyati,
dkk. 2009).
Peran bidan dalam rehabilitasi (Rehabilitation):
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali
dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan.
Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga
setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap bersemangat dalam
memulihkan kesehatan.
Memberikan keyakinan dalam kesembuhan,serta menumbuhkan kepercayaan diri
untuk bersosialisasi dengan masyarakat Memberi penyuluhan kepada masyarakat
agar dapat menerima pasien sama seperti individu normal lainnya.
Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk tidak terjadi
pada kesehatan pasien ( Sindiariyani.
2011)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Promosi Kesehatan (
Health Promotion ) adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup mereka sehat optimal. Pelayanan
kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif ( pencegahan),
kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ada
tiga yaitu :
v Ruang lingkup promosi kesehatan
berdasarkan aspek pelayanan kesehatan yaitu pelayanan preventif dan promotif,
dan pelayanan kuratif dan rehabilitative.
v Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek
Kesehatan yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Sedangkan ahli
lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni : promosi kesehatan pada aspek promotif
dan promosi kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan (primary prevention, secondary prevention,
tertiary prevention)
v Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan yaitu Health
promotion, Specific protection, Early diagnosis and treatment Disability
limitation, dan
Rehabilitation.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra,
Budiman. , 1996. Pengantar
Prinsip dan Metode Epidemiologi.
Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. 1998.
Dasar-dasar keperawatan
kesehatan masyarakat, edisi 2.
Jakarta : EGC
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineke Cipta
Widyastuti, Yuni dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :
Fitramaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar