Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.
Sering disebut juga kehamilan ekstrauterin. Penyebutan ini kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik.
Sering disebut juga kehamilan ekstrauterin. Penyebutan ini kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik.
Menurut Taber (1994), kehamilan ektopik
adalah gestasi diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan istilah yang
lebih luas daripada kehamilan ekstrauterin, karena istilah ini mencakup gestasi
pada pars interstisialis tuba, kehamila kornu (gestasi pada kornu uteri yang
rudimenter), dan kehamilan servikalis (gestasi dalam kanalis servikalis) dan
juga kehamilan abdominal, kehamilan ovarial dan kehamilan tuba.
Menurut Mansjoer (1999), kehamilan ektopik
adalah implanttasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum
uteri.
Menurut Manuaba (1998), terdapat dua
pengertian yang perlu mendapat perhatian, yaitu kehamilan ektopik adalah
kehamilan yan berimplantasi diluar endometrium normal dan kehamilan
ekstrauterin adalah kehamilan yang berimplantasi diluar uterus. Dengan
pengertian ini maka kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada
servikal termasuk kehamilan ekstrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik
yang sangat berbahaya.
Menurut Winkjosastro (2002), kehamilan
ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis
masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Menurut Saifuddin (2000), kehamilan
ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar
endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan ektopik tergangguialah kehamilan
ektopik yang mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).
B.
ETIOLOGI
Menurut Manjoer (1999), etiologi
kehamilan ektopik antara lain :
1. Faktor
Tuba
a. Salpingitis
Perlekatan Tuba
Perlekatan Tuba
b. Kelainan
Kongenital Tuba
c. Pembedahan
sebelumnya
d. Endometriosis
e. Tumor
yang mengubah bentuk tuba
f. Kehamilan
ektopik sebelumnya
2. Kelainan
Zigot
a. Kelainan
kromosom
b. Malformasi
2. Faktor
Ovarium
a. Migrasi
luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya).
b. Pembesaran
Ovarium
c. Unextruded
Ovarium
d. Penggunaan
hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral.
e. Faktor
lain :
a) Aborsi
tuba
b) Pemakaian
IUD
C.
MACAM
KEHAMILAN EKTOPIK
Menurut
Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya
antara lain :
a) Kehamilan
Abdominal
Kehamilan/gestasi
yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intraperitoneal)
b) Kehamilan
Ampula
Kehamilan
ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus
tuba.
c) Kehamilan
Servikal
Gestasi
yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis
servikalis uteri.
d) Kehamilan
Heterotopik Kombinasi
Kehamilan
bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e) Kehamilan
Kornu
Gestasi
yang berkembang dalam kornu uteri.
f) Kehmailan
Interstisial
Kehamilan
pada pars interstisialis tuba fallopii.
g) Kehamilan
Intraligamenter
Pertumbuhan
janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya
kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h) Kehamilan
Ismik
Gestasi
pada pars ismikus tuba fallopii.
i)
Kehamilan Ovarial
Bentuk
yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada
permukaan ovarium.
j)
Kehamilan Tuba
Kehamilan
ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
D.
PATOGENESIS
Menurut Manuaba (1998), dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan, antara lain :
Menurut Manuaba (1998), dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan, antara lain :
a. Hasil
konsepsi mati dini.
a) Tempatnya
tidak mungakin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati secara
dini.
b) Karena
kecilnya kemungkinan di resorbsi.
b. Terjadi
Abortus.
a) Kesempatan
berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas dalam
lumen.
b) Lepasnya
hasil kondepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta
bentuk timbunan darah.
c) Tuba
tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi.
c. Tuba
fallopii pecah.
a) Karena
tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah.
b) Jonjot
Villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah
ke dalam ruangan abdomen.
c) Rupture
tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk
melakukan implantasi menjadi kehamilan sekunder.
d) Kehamilan
abdominal dapat mencapai cukup besar.
E.
PENANGANAN
Menurut Taber (1994), penangan kehamilan ektopik antara lain :
Menurut Taber (1994), penangan kehamilan ektopik antara lain :
A.
Kehamilan
Tuba
1) Data
Subjektif
Gejala
saat ini :
-
Nyeri abdomen,terutama
nyeri pelvic unilateral maupun bilateral pada abdomen bagian bawah,pada abdomen bagian atas atau seluruh
abdomen.
Perdarahan pervaginam
atau bercak-bercak pada rahim.
-
Riwayat haid normal yang
terakhir kemungkinan yang terjadi 6 sampai 8 minggu sebelum mulai timbulnya
nyeri abdomen dan bercak perdarahan pervaginam.
Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Riwayat
penyakit dahulu :
·
Pernah mengalami
keahmilan ektopik.
·
Riwayat kontrasepsi
oral atau AKDR.
·
Riwayat operasi tuba.
2) Data
Objektif
3) Pemeriksaan
Fisik
4) Pemeriksaan
umum :
Shock Hipovolemik dan Hipotensi Ortostatik
(Postural)
Pemeriksaan Abdomen :
Pemeriksaan Abdomen :
·
Rasa sakit di kuadran
bawah unilateral.
·
Bising usus menurun.
·
Mungkin ditemukan
distensi dengan perasaan seperti adonan pada palpasi.
·
Sebelum terjadi ruptur,
temuan-temuan pada pemeriksaan abdomen biasanya normal.
Pemeriksaan
Pelvis :
·
Nyeri unilateral pada
pelvis dan rasa sakit yang terlokalisir pada suatu daerah adneksa
Tes Laboratorium :
·
Pemeriksaan darah
lengkap dengan apusan darah.
·
Urinalis normal.
·
Golongan darah dan
rhesus untuk penggantian darah jika ada indikasi.
3) Penilaian
Diagnosis
banding
·
Abortus iminens atau
abortus inkompletus dari kehamilan intrauterine. Inveksipelvis.
·
Korpus luteum persisten
dengan perdarahan intra abdominal.
·
Kista ovarium dengan
torsi atau Torsi Adneksa.
Apendisitisakut.
Apendisitisakut.
4)
Rencana
Data
diagnostic tambahan
·
Kuldosentesis
Cairan peritoneum di aspirasi dan kavum Douglasi Posterior dengan menusukkan jarum ajang No.16 atau 18 melalui torniks posterior.
Cairan peritoneum di aspirasi dan kavum Douglasi Posterior dengan menusukkan jarum ajang No.16 atau 18 melalui torniks posterior.
·
Tes kehamilan untuk HCG.
·
Laju endap darah
biasanya dalam batas-batas normal.
·
Penetapan hematokrit
secara serial.
·
Ultrasonografi : masa
adneksa, cairan dalam kavum douglasi.
·
Foto abdomen :Cairan
bebas dalam kavum peritoneum.
·
Laparoskopi.
·
Kuretase Endometrium.
Penatalaksanaan
Prinsip kerja umum :
1. Rawat inap segera.
2. Operasi segera setelah diagnostic di tegakkan.
3. Penggantian darah sebagai indikasi Hipovolemia atau anemia.
1. Rawat inap segera.
2. Operasi segera setelah diagnostic di tegakkan.
3. Penggantian darah sebagai indikasi Hipovolemia atau anemia.
Langkah-langkah
spesifik :
Tindakan preoperasi.
Keputusan operasi :
1. Kolpotomi atau Insisi Caparotomi.
2. Mereseksi atau mempertahankan tuba.
3. Reseksi kornu dengan Salpingektomi.
4. Mengangkat atau membiarkan ovarium pada sisi yang terkena.
Tindakan preoperasi.
Keputusan operasi :
1. Kolpotomi atau Insisi Caparotomi.
2. Mereseksi atau mempertahankan tuba.
3. Reseksi kornu dengan Salpingektomi.
4. Mengangkat atau membiarkan ovarium pada sisi yang terkena.
B. Kehamilan Abdominal
1) Data
Subjektif
Gejala saat ini :
· Nyeri
abdomen bagian bawah atau intermitting.
· Jika
bayinya hidup, gerakan janin akan dirasakan sangat nyeri.
· Riwayat
haid terakhir sesuai umur kehamilan. Kehamilan abdominal akan menjadi
simtomatik antara gestasi 12 dan 40 minggu.
· Nausea,
vomitus, dan diare merupakan gejala-gejala yang bervariasi.
Riwayat penyakit dahulu :
·
Riwayat spotting.
·
Perdarahan irengular.
2) Data
Objektif
Pemeriksaan Umum :
Pemeriksaan Umum :
·
Seringkali normal.
Pemeriksaan
Abdomen :
·
Abdomen lebih sakit
daripada normal.
·
Bagian-bagian janin dapat
teraba sedemikian dekat dengan dinding abdomen.
·
DJJ seringkali tidak
ada.
·
Kontraksi uterus tidak
dapat di palpasi.
·
Lengkungan uterus tidak
ada.
Pemeriksaan Pelvis :
·
Serviks sering
berpindah tempat ke anterior dan superior.
·
Serviks kaku.
·
Uterus mungkin
berpindah tempat ke atas dan di identifikasi terpisah dari janin.
3)
Penilaian
Diagnosis banding :
Kehamilan intrauterine.
Diagnosis banding :
Kehamilan intrauterine.
4)
Rencana
Data diagnostic tambahan :
Data diagnostic tambahan :
·
Ultrasonografi : kavum
uteri kosong.
·
Oxitocin Challenge
Test.
·
Adanya kontraksi uterus
menyingkirkan diagnosis kehamilan abdominal.
·
Foto abdomen.
·
Histerogram.
·
Angiografi Pelvis.
Penatalaksanaan
·
Rawat inap.
·
Laparotomi Eksplorasi.
C. Kehamilan Servikal
1) Data
Subjektif
·
Perdarahan pervaginam.
·
Demam dan menggigil.
2) Data Objektif
Pemeriksaan pelvis :
·
Serviks mengalami
distensi dan berbanding tipis dengan OUE berdilatasi sebagian.
·
Fundus uteri sedikit
membesar.
3) Penilaian
Diagnosis banding :
·
Abortus iminens.
·
Abortus Aseptik.
·
Keganasan Servikal.
·
Plasenta Previa.
4).
Rencana
Penatalaksanaan:
·
Intervensi bedah.
·
Kuret.
·
Ligasi cabang desensus
artei uterine.
·
Histerektomi.
D. Kehamilan Ovarial
1) Data Subjektif
1) Data Subjektif
·
Nyeri abdomen.
·
Perdarahan pervaginam.
·
Amenore.
2)
Data Objektif
Pemeriksaan abdomen dan pelvis : member kesan perdarahan intra abdominal.
Pemeriksaan abdomen dan pelvis : member kesan perdarahan intra abdominal.
3)
Penilaian
Diagnosis
banding :
·
Kehamilan tuba.
·
Perdarahan Korpus
Luteum.
·
Tumor Ovarium.
4) Rencana
·
Tes HCG.
·
Laparoskopi Diagnostik
·
Laparotomi Eksplorasi
·
Pada waktu pembedahan,
ooforektomi atau wedge resection sebagian biasanya diperlukan.
5) Tindakan Bidan
Menurut Manuaba (1998), kehamilan
ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang memerlukan penanganan
spesialis, sehingga rujukan merupakan langkah yang sangat penting. Dengan
gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu, kiranya bidan dapat menegakkan diagnosis
kemungkinan, sehingga sikap yang diambil adalah segera merujuk penderita ke
Puskesmas, Dokter atau langsung ke Rumah Sakit.
Ada beberapa
kemungkinan akibat hal ini :
1. kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah di dalam tuba, karena aliran darah di sekitar chorion menumpuk, menyebabkan distensi tuba, dan mengakibatkan ruptur intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba.
2. kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
3. kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai akibat pelepasan dari suplai darah tuba.
4. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi villi chorialis atau distensi berlebihan tuba – keadaan ini yang umum disebut kehamilan ektopik terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.
1. kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah di dalam tuba, karena aliran darah di sekitar chorion menumpuk, menyebabkan distensi tuba, dan mengakibatkan ruptur intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba.
2. kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
3. kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai akibat pelepasan dari suplai darah tuba.
4. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi villi chorialis atau distensi berlebihan tuba – keadaan ini yang umum disebut kehamilan ektopik terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.
F. GEJALA / TANDA
1.Ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda.
2.Akut abdomen, terutama nyeri perut kanan / kiri bawah.
3.Perdarahan per vaginam (dapat juga tidak ada).
4.Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya
perdarahan yang terjadi.
5.Biasanya terjadi febris.
G. DIAGNOSIS
1.Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan atau kiri bawah..
2.Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda
vital dapat baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa
dengan vaginal touché, ada nyeri bila porsio digerakkan (nyeri goyang porsio)
3.Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine
B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum Douglasi), USG.
4.Diagnosis pasti
hanya ditegakkan dengan laparotomi.
DIAGNOSIS
BANDING
Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya
appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin ada tanda kehamilan, mungkin
juga ada tanda akut abdomen – sebaliknya kehamilan ektopik terganggu belum
tentu pula disertai gejala pendarahan.
PENATALAKSANAAN KEHAMILAN EKTOPIK DENGAN RUPTUR TUBA
1. Optimalisasi keadaan
umum ibu, dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi,
diberikan juga antibiotika.
2. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan laparotomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yang terganggu).
2. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan laparotomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yang terganggu).
H. PROGNOSIS BAGI KEHAMILAN BERIKUTNYA
Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya
penyempitan tuba atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral.
Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi,
kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang
lain.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan
yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat
bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik
terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi
oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan
atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat
mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada
istilah ekstrauterin yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara
kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya
di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan
oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk
ke saluran telur sisi seberangnya.
Manifestasi Klinik Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET)
Gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam
rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat
diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik
terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang
terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam
merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga
perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar
sehingga sulit untuk membuat diagnosanya .
Diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas
ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan
demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita
pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan
bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap
kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan
masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan
untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan
ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi
lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.
Gary, M.D.: Obstetri Williams E/18. Jakarta, EGC, 1995.
Prawirohardjo, Sarwono, 1989, Ilmu Kandungan,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, Sarwono, 1976, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Binapustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar