-->
Notes and memorial ^_^

Jumat, 21 Oktober 2011

ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN



TUGAS KONSEP KEBIDANAN
ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN
DOSEN PENGAMPU : TUTIK ASTUTI, S.SiT,M.Kes

KELOMPOK 3
*      WIDYA DESTIKA TRISTIYANI                   (11150233)
*      NI MADE SRI DEWI WIDYANTARI S.        (11150241)
*      ROMIATUN                                                     (11150250)
*      SELI HARTATI                                               (11150252)
*      ASTRI HABSARY PUTRI                            (11150261)

PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011
LATAR BELAKANG
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan terutama pada asuhan selama persalinan dan kelahiran, untuk memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.











ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN

Kompetensi ke- 4 :  Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.


A.  Pengetahua
n Dasar

1. Fisiologi persalinan.
     Contoh :  Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yg dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
2. Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk.
     Contoh :  Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk serta anatomi panggul ibu dan ukuran-ukuran panggul serta pemeriksaan dalam. Pada proses persalinan diperlukan 5 P untuk itu keadaan panggul ibu juga perlu dikatehui.
3. Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
     Contoh :  Pertimbangan usia kehamilan ibu.
4. Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
     Contoh : Melihat tanda dan gejala kala 2, menyiapkan pertolongan persalinan, memastikan pembukaan lengakap dengan janin bayi, menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran, persiapan pertolongan kelahiran bayi, menolongan kelahiran bayi, penangan bayi baru lahir, menilai perdarahan, melakukan prosedur pasca persalinan, evaluasi.
5. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa.
Contoh : Untuk pencatatan kemajuan persalinan seperti, pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, dan garis waspada dan garis bertindak.
6. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
Contoh : Perawatan awal, pemeriksaan fisik, bebrapa hari pertama, pemberian makan, perkembangan fisik.
7. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
Contoh   : Dalam masa persalinan bidan harus memberikan asuhan sayang kepada ibu.
8. Proses penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran.
Contoh   :  Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan terdiri dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah panggul.
9. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda.
Contoh   :  Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal Bidan memiliki kewenangan menolong persalinan dengan kehamilan normal.
10. Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat.
  Contoh : Bidan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki kompetensi dalammemimpin persalinan dengan berbagai posisi dan pengetahuan serta teknik pengurangan rasa nyeri tanpa obat.
11. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
Contoh : Membersihkan lendir dan benda – benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan bayi dengan alat penghisap,memotong tali pusat , peeriksaan fisik bayi.
12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan.
Contoh : Memenuhi kebutuhan gizi bayi dan pemenuhan kebutuhan emosianal bayi baru lahir jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya, bila di mungkin kan mendukung dan meningkatkan pemberi ASI ekslusif.
13. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya bila dimungkinkan.
Contoh : Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosianal bayi baru lahir jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya, bila di mungkin kan mendukung dan meningkatkan pemberi asi ekslusif.


14. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Contoh : Bayi yang mendapat asi, harus di periksa secara dini dan secara rutin oleh dokter untuk memastikan bahwa pemberian makanannya tercukupi.
15. Manajemen fisiologi kala III.
Contoh :Pemberian suntikan oksitosin,penegangan tali pusat terkendali,masase fundus uteri.
16. Prinsip manajemen kala III secara fisiologis.
Contoh : Prinsip kala 3 : otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkuranganya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
17. Prinsip manajemen aktif kala III.
       Contoh : Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri.
18. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan sedative.
Contoh : Mengetahui cara-cara pemberian obat-obatan meliputi : uterotonika, antibiotika dan sedative. Terbatas pada pengetahuan bukan pada keterampilan.Sesuai dengan permenkes no 149 tahun 2010 bahwa bidan hanya berwengan memberikan obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III.
19. Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal, retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.
       Contoh : Distosia bahu:jika pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,harus diusahakan merubahnya menjadi letak kepala dengan versi luar.Asfiksia neonatal:faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah etiologi dan faktor predisposisi,gangguan homeostatis,diagnosis asfiksia bayi,dan resusitasi.Perdarahan karena atonia uteri:terjadi apabila kontraksi uterus lebih lemah,singkat dan jarang daripada biasa.Apabila kepala atau bokong janin sudah masuk kedalam panggul,penderita disuruh berjalan-jalan.
20. Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD.
Contoh: Bedah sesar merupakan tindakan medis yang sangat sering dilakukan dengan berbagai macam indikasi.Umumnya indikasi ini berfarasi contohnya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD),gawat janin.
21. Indikator komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term serta tali pusat menumbung.
       Contoh : Determinan proksi dipengaruhi oleh determinan antara lain: kejadian kehamilan,komplikasi kehamilan dan persalinan.


22.  Penapisan ibu bersalin.
Contoh :   Mengidentifikasi persalinan normal yang sesuai dengan kewenangan bidan.
23. Konsep dasar persalinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.
Contoh : Mengetahui lebih dalam konsep persalinan termasuk faktor yang mempengaruhi persalinan secara keseluruhan.
24. Amniotomi, penjahitan luka episiotomi, kompresi bimanual, pemberian suntikan anestesi lokal.
                 Contoh:  Penjahitan luka episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan homeostatis).Pemberian suntikan anestesia lokal bertujuan agar supaya ibu tidak merasakan kesakitan akibat penjahitan luka episiotomi,ini termasuk asuhan sayang ibu.
25.  Pengawasan kala IV (untuk observasi perdarahan postpartum)
       Contoh :  Untuk mengobservasi kondisi ibu setelah persalinan dan mendeteksi adanya kelainan yang terjadi.

B. Pengetahuan Tambahan

1. Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.
     Contoh:  Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada disegmen bawah rahim,bukan belakang kepala.Bentuk malpresentasi terbagi menjadi dua,yaitu:presentasi puncak kepala dan presentasi muka.
2. Pemberian suntikan anestesi local.
                 Contoh : Merupakan asuhan sayang ibu.Bertujuan agar supaya ibu tidak merasa kesakitan pada saat penjahitan luka episiotomi.
3. Akselerasi dan induksi persalinan.
                 Contoh : Angka tindakan pemberian oksitosin baik dengan tujuan induksi persalinan atau mempercepat jalannya persalinan (augmentation labor atau akselerasi persalinan).
4. Mengetahui konsep dasar vakum ekstraksi.
Contoh : Untuk mendukung keterampilan tambahan harus didasari oleh pengetahuan. Untuk membantu melahirkan kepala janin sudah berada di dasar panggul.

C. Keterampilan Dasar

1.  Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang.
Contoh : Menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
2.  Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
Contoh : Melaksanakan pemeriksaan fisik umum dan status obstetricus. Tidak hanya pemeriksaan fisik saja yang harus dilakukan, tetapi juga pemeriksaan umum meliputi : TB, BB, dll.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin.
Contoh :   Pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin sudah tercakup dalam pemeriksaan fisik yang terfokus.
4. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
     Contoh:  Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus.secara hati-hati,letakkan tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit.Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi.Pada fase aktif,minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih.Diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
5. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi panggul dengan bayi.
     Contoh : Melakukan pemeriksaan secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan dan pendataran/penipisan serviks, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi, keadaan ketuban.
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.
Contoh : Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, garis wapada dan garis bertindak.
7. Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya.
Contoh : Memberikan motifasi ketika diketahui bayi memiliki cacat pada anggota badannya.
8. Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan.
Contoh : Memberikan minum pada saat persalinan ketika ibu mengalami kelelahan pada saat mengejan.
9. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan kegawat daruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
Contoh : Pada saat postpartum,ibu mengalami pendarahan hebat sebaiknya langsung dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang lebih memadai.
10. Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi.
Contoh : Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks sudah lengkap atau hampir lengkap dan kepala sudah engaged. (sesuai indikasi/pada inersia hipotonik). Untuk mencegah infeksi dan partus lama
11. Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
Contoh : Menolong kelahiran bayi normal dan dengan lilitan tali pusat Bidan berwengan menolong persalinan normal
12. Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
Contoh :   Bila ada perobekan pada jalan lahir dan di perlukan penjahitan,maka Bidan wajib menjahit luka tersebut.
13. Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
       Contoh : Melaksanakan manajemen aktif kala III : pemberian uterotonika, peregangan talipusat, pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput. Fisiologi kala III cukup sebagai pengetahuan tetapi melaksanakan manajemen aktif kala III wajib dapat dilakukan.
14. Melaksanakan manajemen aktif kala III.
Contoh :  Setelah proses pengeluaran janin,maka Bidan wajib mengeluarkan dan mengecek plasenta apa ada plasenta yang robek atau tidak.
15. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative.
Contoh :   Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedativa saat manual plasenta. Sesuai dengan permenkes bidan tidak boleh memberikan antibiotic dan sedative, Memberikan kombinasi suntikan ketiganya dilakukan saat manual plasenta.
16. Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit (HT).
       Contoh : Kompetensi bidan cukup dapat melakukan pemeriksaan HB dengan metode Zahli bukan pemeriksaan hematokrit.
17. Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inverse uteri dalam kala III.
       Contoh : Pada proses pengeluaran plasenta,tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus)kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar(hindari terjadi percikan darah).
18. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
       Contoh : Setelah plasenta dikeluarkan,Bidan harus memeriksa plasenta apa ada sobekan atau tidak.Jika terjadi sobekan,maka harus dibersihkan dengan kuretase.Tetapi Bidan tidak boleh melakukan kuretase,harus dirujuk ke dokter ahli kandungan.
19. Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar.
       Contoh:  Perkiraan jumlah darah yang keluar harus didokumentasikan dengan tepat dan rujukan harus dilakukan bila pendarahannya berlebihan.
20. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
       Contoh:  Jika terdapat robekan pada vagina,serviks dan perineum maka Bidan berhak melakukan penjahitan pada daerah tersebut.
21. Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.
       Contoh : Menjahit robekan perineum tingkat I dan II. Bidan berwenang melakukan penjahitan robekan perineum tingkat I dan II.
22. Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang, partus macet kepada di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
Contoh : Baringkan ibu miring ke kiri.segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstertri dan bayi baru lahir dan bidan mendampingi sampai ke tempat rujukan (berikan dukungan dan semangat).
23. Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual.
       Contoh : Melakukan pengeluaran plasenta secara manual jika terjadi HPP.
24. Mengelola perdarahan post partum.
Contoh: Jika terjadi pendarahan pada proses post partum,maka bidan harus menagani dengan tepat.
25. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawat daruratan dengan tepat waktu sesuai indikasi.
       Contoh : Jika terjadi kegawat daruratan pada ibu,Bidan harus segera merujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang lebih memadai.
26.  Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan tali kasih ibu dan bayi baru lahir.
Contoh : Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman dengan meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan bayi baru lahir dengan inisiasi menyusui dini.
27. Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif.
       Contoh: Meningkatkan keberhasilan menyususi secara eksklusif dan lamanya bayi disususi,merangsang produksi ASI,memperkuat refleks menghisap bayi.Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
28. Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan.
Contoh: Sebagai tolak ukur keberhasilan proses membuat keputusan klinil, merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan, dan obat yang diberikan, dapat digunakan untuk penelitian / studi kasus,dll.

D. Keterampilan Tambahan

1.  Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat.
Contoh :    Bidan hanya boleh menolong persalinan normal
Presentasi muka dengan oksiput di anterior sulit dilahirkan.
2. Memberikan suntikan anestesi lokal jika diperlukan.
Contoh:  Merupakan asuhan sayang ibu yang bertujuan untuk supaya ibu tidak merasakan sakit pada saat proses penjahitan luka episiotomi.
3. Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacum jika diperlukan sesuai kewenangan.
Contoh : Melakukan ekstraksi forcep dan vakum dengan kepala di dasar panggul dalam keadaan darurat. Bidan hanya berwenang pada persalinan normal dan bidan tidak berwenang melakukan ekstraksi forcep dan vacum kecuali pada wilayah kerjanya tidak terdapat dokter umum/ dokter spesialis kebidanan.
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat.
Contoh :  Bidan harus mempunyai keterampilan mengidentifikasi malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat dan merujuk kasus tersebut.
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
Contoh : Bidan harus mempunyai ketrampilan mengidentifikasi tali pusat menumbung dan merujuk kasus tersebut.
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
Contoh:  Bidan harus mampu mengidentifikasi robekan serviks. Menjahit serviks bukan kewenangan bidan.
7. Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.
Contoh :   Memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri.
Membuat resep bukan kewenangan bidan.
8. Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan perdarahan post partum.
Contoh : Memberikan oksitosin dengan tepat pada kala III persalinan dan penanganan perdarahan post partum. Permenkes
Wewenang bidan hanya : Obat uterotonika diberikan pada saat postpartum dan kala III. Pemberian oksitosin untuk akselerasi persalinan bukan wewenang bidan.
Diposting oleh Unknown di 14.00 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Konsep Kebidanan
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

My Self ^^

Unknown
Lihat profil lengkapku

About

Welcome to my blog Blog ini kebanyakan berisi tentang ilmu kebidanan Semoga dapat bermanfaat... enjoy to my blog :)

Categories

Asuhan Kebidanan I (1) Asuhan Kebidanan II (1) Asuhan Kebidanan IV (10) Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita (4) Bahasa Indonesia (1) Biokimia (1) Biologi Reproduksi (1) Epidemiologi (1) Ilmu Kesehatan Masyarakat (2) Kesehatan Reproduksi (1) Komputer (2) Konsep Kebidanan (2) Mutu Pelayanan Kebidanan (1) Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kebidanan (2) Penjaskes (1) Promosi Kesehatan (3)

Search

Arsip Blog

  • ►  2014 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (21)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (7)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ▼  2011 (2)
    • ►  November (1)
    • ▼  Oktober (1)
      • ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN
  • ►  2010 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)

Widget-Animasi-Blog

Follow My Fanspage ^^

Daftar Isi

Follower

Diberdayakan oleh Blogger.